PENGENALAN ALAT
Ratna Lestyana Dewi1), Apriyani Ekowati 2),
dan Meidi Yanto2)
1.
Mahasiswa
Program Studi Biologi
2.
Asisten Dosen
Praktikum Ekologi Terestrial Prodi Biologi
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstract
Ecology is a science that studies the interaction between organisms
with the environment (mutual relations). Terrestrial environmental factors
which includes regions the region needs an instrument that could be used to
measure some environmental factors. Instrument is a thing with used to grind
with the aim of helping and loosening of works to be performed .The purpose of
this lab work is to find a function of instruments which will be used and
figure out how work in used. As for an instrument used the Global Positioning
System (GPS) and Weather meters .The result is in GPS we can know a location
where we are while weather meters capable of measuring almost a whole parameter
physical temperature, air pressure, height, and others. The conclusion an
instrument used in ecology terrestrial to measure the physical functions, how
to work, and the principle of different.The introduction of a tool in ecology
terrestrial is a fundamental things but very important for researchers.
Key
words: Ecology, Terrestrial, Global Positioning System, Weather meter,
Principle
PENDAHULUAN
Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupan organisme yang ada pada
wilayah atau habitat tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotik maupun biotik. Faktor lingkungan
tersebut merupakan factor yang berpengaruh terhadap organisme dalam proses perkembangannya. Apabila terjadi gangguan terhadap
lingkungan maka secara langsung akan berdampak pada populasi dari
organisme tersebut (Campbell, 2008).
Lingkungan yang baik pada sebuah habitat akan menjamin keberlangsungan
hidup suatu individu. Tidak ada organisme yang mampu berdiri sendiri tanpa
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada dan harus ada kondisi lingkungan
yang ada tertentu yang berperan terhadapnya dan menentukan kondisi hidupnya.
Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling berinteraksi
satu sama lainnya, tidak hanya antara faktor biotik dan abiotik, akan tetapi
antara biotik itu sendiri dan juga antara abiotik dengan abiotik (Campbell, 2008).
Faktor lingkungan mencakup segala sesuatu yang ada di daratan maupun
perairan. Sama seperti halnya faktor lingkungan di daratan atau yang dikenal
dengan faktor terestrial, pada daerah akuatik juga dipengaruhi oleh biotik dan
abiotik. Faktor biotik yang mendomonasi adalah kehidupan hewan dan tumbuhan
yang membutuhkan lingkungan yang stabil untuk perkembangannya. Contohnya,
tumbuhan memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Jadi, terdapat hubungan yang
kompleks dari faktor tersebut (Djamal, 2007).
Faktor
abiotik yang mempengaruhi lingkungan biotik merupakan komponen tak hidup berupa
faktor fisika maupun faktor kimiawi yang merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup. Komponen abiotik dapat berupa faktor yang mempengaruhi distribusi organisme
seperti suhu, air, cahaya, matahari, kelembaban udara, dan
kecepatannya. Faktor tersebut terdapat pada lingkungan terestrial (daratan) (Djamal, 2007).
Sementara itu, pada faktor biotik meliputi semua organisme hidup
baik itu konsumen, produsen, atau dekomposer. Namun, faktor lingkungan yang
biotik dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif adalah faktor
abiotik. Sehingga dalam mencari data kuantitatif
dan kualitatif tersebut dibutuhkan alat khusus atau alat tertentu (Hanum,
2009).
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan
faktor lingkungan yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan,
habitat bagi detritus dan mikroba. Didalamnya mineral dan zat organik
terkumpul.Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dimanfaatkan bila kondisi
fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau
diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik
secara vertikal (hewan tanah dan mikroba), maupun horizontal (vegetasi). Oleh
karenanya dalam analisis ekosistem terestrial perlu untuk mengumpulkan data
fisika-kimia tanah. Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dalam pengukuran
fisika-kimia tanah diantaranya adalah suhu tanah, pH tanah, tekstur tanah,
profil tanah, kecepatan angin, kelembaban tanah, dan
lain-lain (Indriyanto, 2006).
Faktor lingkungan
terestrial yang meliputi daerah daerah membutuhkan alat yang bisa digunakan
didarat untuk mengukur beberapa faktor lingkungan. Alat
adalah benda yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu
dan mempermudah pekerjaan yang akan dilakukan. Alat yang digunakan dalam
praktikum ekologi terestrial terdiri dari analisis biologi, fisik, dan kimia.
Analisis tersebut dilakukan secara otomatis ataupun manual seperti perangkat
digital Global Positioning System (GPS) dan Weather meter. Untuk itu, perlu pemahaman tentang cara
penggunaan alat dilingkungan terestrial. Hal tersebut yang melatar belakangi faktor lingkungan terestrial
(Hanum, 2009).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi
dari alat yang akan digunakan dan mengetahui cara kerja dalam menggunakan alat.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada 20 Maret 2016 di Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah Global Positioning System (GPS) dan Weather meter.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah lingkungan abiotik.
Cara Kerja
Praktikum ini menggunakan dua alat yaitu Global
Positioning System (GPS) dan Weather meter. Penggunaan GPS diawali dengan
menentukan posisi saat kita berada dan harus pada lokasi yang terbuka agar
tidak menghalangi satelit. Selanjutnya, dengan menekan tombol on pada GPS dan ditunggu beberapa saat hingga
konstelasi satelit GPS memancarkan sinyal posisi satelit tersebut ditangkap oleh penerima sinyal GPS. Kemudian didapat
derajat posisi kita berada saat itu dan
dicatat angka yang tertera pada layar GPS.
Penggunaan alat Weather meter dilakukan dengan cara menekan tombol on pada
Weather meter. Kemudian diarahkan pada arah datangnya angin. Kemudian dicatat
kecepatan angin. Adapun untuk melihat suhu, kelembaban serta ketinggian maka
dapat dirubah ke mode lain dengan cara ditekan tombol mode. Kemudian hasil dari
pengukuran tersebut dicatat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Global Positioning System (GPS) adalah suatu alat
yang merupakan sistem untuk menentukan posisi
dan navigasi secara global menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil (survei dan
pemetaan). Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation
Satellite Timing and Ranging
Global Positioning System), mempunyai tiga segmen
yaitu satelit, pengontrol, dan penerima / pengguna. Satelit GPS yang
mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yangtetap (koordinatnya pasti),
seluruhnya berjumlah24buah,21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah
cadangan (Azhar, 2004).
Satelit GPS memutari bumi dua kali sehari dalam orbitnya dan
mentransmisikan sinyal informasi ke bumi. GPS receiver mengambil informasi dan
menggunakan triangulation untuk menghitung lokasi dari pengguna. Triangulation
adalah sebuah proses pencarian koordinat dan jarak sebuah titik dengan
menggunakan pengukuran sudut antara suatu titik dengan dua atau lebih titik acu
(satelit) yang sudah diketahui posisinya dan jarak-jarak antara satelit.
Kordinat dan jarak ditentukan dengan menggunakan hukum sinus. Satelit GPS
memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz).
Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P
(Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P.
Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (GPS Receiver) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada
saat fitur ”Anti-Spoofing” diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi
danselanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y. Penghitungan
posisidilakukan dengan 2 cara yaitu dengan kode C/A dan kode P(Y). GPS receiver
menghitung jarak antara GPS receiver dengan satelit (pseudorange) (Maloratsky,
2002). Berdasarkan pada hasil penggunaan
alat GPS, diperoleh data sebagai berikut :
No
|
Lokasi
|
Elevation
|
Location
|
Status
|
1
|
Depan PLT
|
44 m
|
S 060 18’ 21,5”
E 1060 45’ 11,1”
|
8
|
Tabel 1.1 Data Hasil GPS
Berdasarkan pada tabel 1.1 dapat diketahui bahwa lokasi di depan
Pusat Laboratorium Terpadu memiliki elevasi sebesar 44 m dengan posisi Lintang
Selatan : S 060 18’ 21,5’’ dan Bujur Timur : E 1060 45’
11,1’’ dengan status yaitu 8. Karena GPS bekerja dengan mengandalkan satelit, maka
penggunaannya disarankan di tempat yang terbuka dan lokasi yang dipilih yaitu
di depan PLT merupakan lokasi yang terbuka. Penggunaan di dalam ruangan, atau
di tempat yang menghalangi arah satelit (di angkasa), maka GPS tidak akan bekerja
secara akurat dan maksimal (Azhar, 2004).
Prinsip kerja dari GPS adalah
pengukuran jarak (range) antara GPS receiver dengan satelit. Satelit juga
memberikan informasi lokasi orbit dimana saat itu satelit berada di atas
permukaan bumi. GPS dapat bekerja seperti ini, apabila kita mengetahui jarak
tepat kita dari satelit di angkasa, maka kita dapat mengasumsikan bahwa kita
berada di suatu titik di sebuah permukaan dengan radius imaginer yang sama
dengan radius satelit. Apabila kita mengetahui dengan tepat jarak kita dari dua
buah satelit maka dapat diasumsikan bahwa kita berada pada sebuah titik potong
antara dua satelit tersebut, Jrarak diketahui dengan menghitung antara lama
waktu yang ditempuh oleh gelombang dengan kecepatan rambat gelombang (Azhar,
2004).
Selanjutnya yaitu mengenai alat
Weather meter yang merupakan sistem otomatis yang dapat merekam data pada
kegiatan penelitian atau observasi. Weather meter ini memiliki sistem sensor
yang mengukur parameter lingkungan, seperti suhu udara, kelembaban udara, arah
dan kecepatan angin, tekanan udara. Sehingga dalam penelitian akan dipermudah
karena bersifat otomatis. Hasil yang diperoleh sangatlah dipengaruhi oleh
performa dari sensor yang ada. Semakin baik kondisinya maka semakin baik hasil
yang didapatkan, misalkan pada akurasi, waktu respon, ketelitian reliabilitas
yang tinggi. (Djamal, 2007). Berdasarkan pada hasil pengukuran, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 1.2
Data Hasil Weather Meter
No
|
Lokasi
|
Suhu
|
Kecepatan Angin
|
Kelembaban
|
Tekanan Udara
|
Ketinggian
|
1
|
Depan PLT
|
32,2 0C
|
1,3 m/s
|
68 RH%
|
32,18 inHg
|
-457 kaki
|
Berdasarkan pada hasil yang didapat pada tabel 1.2 dapat diketahui
bahwa lokasi yang saat itu diukur dengan alat Weather meter memiliki suhu
sebesar 32,2 0C yang menandakan bahwa kondisi saat itu cukup terik
dengan kecepatan angin sebesar 1,3 m/s dengan kelembaban 68 RH%, dengan tekanan
udara 32,18 inHg dan ketinggian -457 kaki. Adapun pada saat pengukuran
ketinggian terdapat minus, hal ini disebabkan karena adanya error pada alat
tersebut. Prinsip kerja pada alat ini cukup sederhana dan mudah untuk
digunakan, karena dalam sekali melakukan pengukuran misalkan pada pengukuran
suhu, namun jika ingin mengetahui parameter lainnya dapat dilakukan dengan cara
merubah mode pengukuran yang ada.
KESIMPULAN
Alat – alat
yang dipergunakan dalam ekologi terestrial untuk mengukur faktor fisik memiliki
fungsi, cara kerja, dan prinsip kerja yang berbeda – beda. Pengenalan alat
dalam ekologi terestrial merupakan suatu hal mendasar tetapi sangat penting
bagi peneliti atau praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar.
2004. Penentuan Posisi Dengan
GPS Dan Aplikasinya. Pradanya. Jakarta
Campbell, N. A. J. B Reece and L.G
Mitchel. 2008. Biologi. Erlangga. Jakarta
Djamal,
I.2007.Prinsip-Prinsip Ekologi
Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanum, W. 2009.Ekologi.
Erlangga.
Jakarta
Indriyanto. 2006.
Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara
Irshady. 2011. Ekologi. UGM Press.Yogyakarta
Maloratsky Leo G. 2002.
An Aircraft
single. Antena FM Radio Altimeter.Microwave Journal,Technical Featur