PENENTUAN
KUALITAS PERAIRAN BERDASARKAN FAKTOR
KIMIA
FISIK LINGKUNGAN
Ratna Lestyana Dewi1), Alfan Farhan Rijaluddin 2),
dan Daus Ramadhan2)
1.
Mahasiswa
Program Studi Biologi
2.
Asisten Dosen
Praktikum Ekologi Perairan Prodi Biologi
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Air adalah komponen yang
utama dalam kehidupan di bumi dan merupakan sumber daya alam yang penting untuk
makhluk hidup. Kualitas
perairan adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat
yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda, tergantung tujuan
penggunaan. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur parameter
fisika dan parameter kimia. Pemantauan kualitas perairan dapat dilakukan dengan
beberapa indikator atau parameter seperti kimia, fisik dan biologi. Situ Gintung merupakan suatu danau
yang mampu mewakili suatu ekosistem perairan tawar. Praktikum ini
bertujuan untuk memahami penggunaan alat kimia fisik perairan serta mampu
memahami parameter kimia fisik perairan. Adapun metode yang digunakan yaitu dengan metode purposive
sampling. Hasil yang didapat bahwa kualitas perairan di Danau Situ Gintung
tergolong dalam kualitas baik dengan total WQI berkisar antara 72,72 – 73,8. Situ Gintung merupakan
suatu danau yang mewakili suatu ekosistem perairan yang memiliki beberapa
parameter kimia fisik lingkungan yaitu suhu, pH, konduktivitas, kekeruhan, DO,
TDS, Salt, dan Water Quality Index (WQI). Adapun untuk mengukur
parameter kimia fisik lingkungan menggunakan beberapa alat yaitu pH meter, Secchi
disk, turbidimeter, dan water sampler.
Kata kunci : kualitas air, parameter, Situ
Gintung, purposive sampling, Water Quality Index
PENDAHULUAN
Air adalah komponen
yang utama dalam kehidupan di bumi dan merupakan sumber daya alam yang penting
untuk makhluk hidup. Air yang terdapat di daratan dan lautan dalam beberapa
dekade terakhir mengalami tekanan berupa polusi yang berasal dari kegiatan
manusia dan dari alam itu sendiri. Adapun contoh dari kegiatan manusia seperti
penggunaan deterjen, pestisida, logam (berat dan ringan), limbah kimia dan
plastik (Darmono, 2001).
Dampak dari kegiatan manusia tersebut dapat menyebabkan perubahan
suatu ekosistem perairan secara kecil bahkan besar seperti kontaminasi flora
dan fauna perairan dan perubahan rantai dan jaring-jaring makanan. Contoh dari
alam yang dapat memiliki dampak perubahan perairan seperti perubahan pH, suhu,
salinitas, arus, oksigen terlarut, cahaya matahari, musim dan letak geografis
perairan. Sementara itu, perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu
wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti
laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat
merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut).
Danau sebagai habitat perairan air tawar yang menggenang merupakan
suatu ekosistem bagi organisme akuatik. Organisme produsen sebagai penghasil
produktivitas primer yang memanfaatkan energi cahaya matahari sehingga dapat
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Produktivitas primer sendiri berarti
hasil proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berklorofil. Adapun
dalam ekosistem perairan yang melakukan aktivitas fotosintesis adalah
fitoplankton, hasil dari fotosintesisnya merupakan sumber nutrisi utama bagi
organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen dimulai dengan zooplankton
dan diikuti oleh kelompok organisme lainnya. Produktivitas ekosistem perairan
tentulah berbeda-beda di setiap ekosistem khususnya ekosistem air tawar. Karena
dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari suatu ekosistem perairan (Darmono,
2001).
Situ Gintung merupakan suatu situ (danau) yang terletak di Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan. Situ ini memiliki luas 21,49 ha dan diperkirakan
mampu menampung 1 juta m3 air. Besar daya tampung tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air baku yang dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Pembangunan pemukiman yang pesat menyebabkan alih fungsi lahan
sekitar 9.51 ha. Penurunan luas perairan yang diikuti dengan terus bertambahnnya
beban cemaran menyebabkan penurunan kemampuan manfaat asli perairan. Berbagai
aktivitas manusia seperti membangun pemukiman, keramba jaring apung, memancing
dan menjadikan situ sebagai tempat buangan limbah dari bangunan sekitar situ
telah mengubah fungsi perairan di Situ Gintung. Akibat aktivitas tersebut
kualitas perairan di Situ Gintung diduga menurun. Penurunan kualitas dapat
terjadi mulai dari berubahnya sifat fisik (suhu dan TDS), kimia (pH, DO)
(Barus, 1996).
Kualitas perairan adalah mutu air yang memenuhi standar untuk
tujuan tertentu. Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda,
tergantung tujuan penggunaan. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan
mengukur parameter fisika dan parameter kimia. Pemantauan kualitas perairan dapat
dilakukan dengan beberapa indikator atau parameter seperti kimia, fisik dan
biologi. Kualitas perairan memiliki standar yang berbeda-beda di beberapa
negara. Indonesia memiliki standar kualitas perairan menurut PP. No. 20 Tahun
1990 dan PP. No. 82 Tahun 2001 yang membagi golongan kualitas perairan menjadi
4 golongan berdasarkan parameter kimia, fisik dan mikrobiologi. Pemantauan
kualitas perairan berkembang dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan
kebaruan (novelty) seperti standar
Water Quality Index (WQI). Water Quality Index (WQI) adalah sebuah angka
yang menggambarkan kualitas perairan dengan mengumpulkan hasil pengukuran
parameter kualitas perairan (seperti dissolved oxygen, pH, nitrat,
fosfat, amoniak, kesadahan dll.). Indeks ini menyediakan metode yang mudah dan
ringkas dalam menggambarkan kualitas badan perairan untuk berbagai macam
penggunaan seperti rekreasi, air minum, irigasi atau pembenihan ikan, air baku
dan perumahan (Asdak, 2004)
Praktikum ini bertujuan untuk memahami penggunaan alat kimia fisik
perairan serta mampu memahami parameter kimia fisik perairan.
METODE
PENELITIAN
Praktikum ini dilakukan pada Jumat, 18 Maret 2016 di Danau Situ
Gintung dan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
menggunakan metode purposive sampling.
Alat
dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sampel dari
Danau Situ Gintung.
Alat yang digunakan untuk praktikum adalah termometer, pH
indikator, DO meter, water sampler, botol winkler, bandul (alat pengukur
kecepatan arus), Secchi disk, turbidimeter, refraktometer
(konduktifitas), TDS meter, spektorofotometri (nitrit, nitrat dan fosfat) dan
botol sampel.
Cara
Kerja
Air sampel diambil dengan menggunakan
wadah dan kemudian diukur dengan parameter suhu, pH, dan TDS atau kekeruhan.
Kemudian pada saat pengukuran arus digunakan alat bandul dengan cara meletakkan
bandul pada permukaan air lalu kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan bandul
untuk bergerak sejauh 1 meter.
Selanjutnya, pengukuran kadar
oksigen terlarut (DO) air sampel diambil dengan menggunakan water sampler
kemudian diukur dengan menggunakan DO meter. Sementara itu, untuk pengukuran
kecerahan perairan menggunakan Secchi disk dengan cara diturunkan alat
tersebut secara perlahan-lahan hingga tidak terlihat, kemudian diangkat
perlahan-lahan hingga Secchi terlihat pertama kali. Lalu panjang dari
masing-masing tali Secchi pertama kali tidak terlihat dan terlihat
dicatat kemudian dibagi dua.
Pengukuran salinitas perairan
dilakukan menggunakan refraktometer dengan cara diambil beberapa ml air sampel
kemudian diteteskan ke kaca indikator yang di refrakto. Kemudian ditutup dan
dilihat berapa nilai yang muncul berdekatan dengan nilai. Air contoh (500 ml)
diambil berdasarkan lokasi yang telah ditentukan, kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diukur kandungan nitrit, nitrat, dan fosfat menggunakan
spektrofotometri di lab lingkungan. Alat WQC merupakan alat yang memiliki
parameter kimia fisik perairan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode yang dipergunakan pada praktikum mengenai kualitas perairan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan
sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu sesuai persyaratan
(sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria). Metode ini digunakan karena dari
cara penggunaannya yang mudah serta relevan untuk suatu kegiatan penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kualitas perairan
di Danau Situ Gitung, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
1.1 Data Kualitas Perairan Situ Gintung
Lokasi
|
Parameter WQC
|
WQI
|
Kategori
|
||||||
Suhu
(o)
|
pH
|
Konduktivitas
(ms/cm)
|
Kekeruhan
(NTU)
|
DO
(mg/L)
|
TDS
(g/lt)
|
Salt
|
|||
Inlet
|
26,80
|
4,93
|
0,179
|
90,2
|
7,96
|
0,113
|
0,01
|
72,72
|
Baik
|
Permukiman
|
26,82
|
4,57
|
0,146
|
131
|
8,29
|
0,09
|
0,01
|
72,72
|
Baik
|
Outlet
|
27,04
|
4,61
|
0,139
|
136
|
8,10
|
0,08
|
0,01
|
72,72
|
Baik
|
Pertanian
|
26,53
|
4,81
|
0,128
|
128
|
8,16
|
0,078
|
0,01
|
72,72
|
Baik
|
Inlet
|
26,74
|
5,45
|
0,231
|
81,0
|
8,46
|
0,151
|
0,01
|
73,63
|
Baik
|
Berdasarkan pada tabel 1.1 yaitu tabel yang menyajikan data
mengenai kualitas perairan di Danau Situ Gintung dapat dilihat beberapa
parameter yang diukur yaitu suhu, pH, konduktivitas, kekeruhan, kadar oksigen
terlarut (DO), Total Dissolved Solid (TDS), Salt, WQI, serta kategori.
Suhu atau pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal
ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua
aktivitas biologis-fisiologis di dalam
ekosistem akuatik sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan
pada tabel dapat terlihat bahwa dari lima lokasi yang diamati terdapat
perbedaan suhu yang tidak terlalu signifikan yang secara berurutan yaitu 26,80oC,
26,82oC, 27,04oC, 26,53oC, dan 26,74oC.
Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur 10oC (hanya pada kisaran
temperatur yang masih ditolerir) akan meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi)
dari organisme sebesar
2-3 kali lipat.
Pola suhu yang berbeda – beda
pada ekosistem akuatik dipengaruhi
oleh berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas
air dan udara
sekelilingnya dan juga
oleh faktor kanopi dari
pepohonan yang tumbuh di tepi perairan (Salmin, 2000)
Setelah dilakukan pengukuran derajat keasaman air menggunakan pH
indikator didapatkan pH sampel air kisaran 4,93-5,45 yang menunjukan derajat
keasaman air di danau Situ Gintung menandakan asam. Seharusnya, pada ekosistem
perairan tawar memiliki pH yang netral karena dibutuhkan organisme air untuk
dapat hidup. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada
umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan di Danau Situ Gintung
yang asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti gangguan metabolisme dan
respirasi. Terlebih bagi danau Situ Gintung yang tengah dalam proses suksesi,
maka keadaan pH yang netral dibutuhkan bagi kelangsungan hidup plankton sebagai
makanan organisme air yang ada (Erlina, 2010).
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap
konsentrasi total elektrolit di dalam
air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang
terlarut dalam air berkaitan dengan kemampuan air dalam menghantarkan arus
listrik. Berdasarkan pada hasil yang disajikan pada tabel 1.1 bahwa
konduktivitas yang tertinggi pada angka 0,231 dengan lokasi outlet. Hal ini
menandakan bahwa jika semakin banyak garam-garam yang terlarut menunjukkan
semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Selain dipengaruhi
oleh jumlah garam-garam terlarut.
Konduktivitas juga dipengaruhi
oleh nilai temperatur (Salmin, 2000).
Berdasarkan
hasil yang diperoleh tingkat
kekeruhan pada daerah
Situ Gintung tergolong tinggi dikarenakan hasil yang didapat pada tabel
berkisar antara 81,6-136 NTU. Hal ini menandakan bahwa partikel yang
tersuspensinya cukup banyak seperti adanya bahan-bahan organik maupun lumpur sehingga
mengindikasi bahwa pada daerah tersebut sudah tidak cerah lagi pada air
tersebut. Adapun faktor yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air yaitu nilai
konduktivitas. Jika nilai konduktivitasnya kecil maka tingkat kekeruhannya
besar, dan sebaliknya (Sanusi, 2004)
Selanjutnya
yaitu pada hasil pengamatan kadar oksigen dalam air (DO) berkisar antara 7,96 -
8,48 mg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa kandungan
oksigen terlarut pada daerah Situ
Gintung sangat layak dalam mendukung kehidupan organisme sebab
kehidupan organisme akuatik berjalan
dengan baik apabila kandungan oksigen terlarutnya mininal 5mg/l. Sementara itu,
nilai DO yang berkisar diantara 5,47-7,00 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan
biota perairan. Kandungan oksigen dalam air merupakan salah satu penentu
karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan akuatis. Konsentrasi
oksigen dalam air mewakili status kualitas air pada tempat dan waktu tertentu
(saat pengambilan sampel air). Keberadaan dan besar kecilnya muatan oksigen di
dalam air dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya pencemaran
di suatu perairan.
Tinggi rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam perairan juga dipengaruhi
oleh faktor suhu, tekanan, dan konsentrasi berbagai ion yang terlarut dalam air
pada perairan tersebut (Sanusi, 2004).
Total
dissolved solid (TDS) merupakan jumlah kadar zat terlarut pada suatu
ekosistem perairan tersebut. Berdasarkan pada tabel 1. Menunjukan bahwa
keseluruhan dari TDS tersebut mengindikasikan bahwa di Danau Situ Gintung
jumlah kadar zat terlarutnya cukup rendah yaitu berkisar antara 0,08 - 0,150
g/ml. Meskipun terlihat cukup keruh namun kadar dari TDS tersebut hanya
sedikit. Selanjutnya, pada tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kadar garam di Danau
Situ Gintung pada lima plot menunjukan kadar yang sangat rendah yaitu 0,01. Hal
ini disebabkan karena danau merupakan salah satu ekosistem di perairan tawar
sehingga kadar garam yang dimiliki juga hanya sedikit (Sanusi, 2004).
Setelah
mendapatkan beberapa parameter seperti suhu, pH, konduktivitas, kekeruhan,
salt, TDS, DO maka dapat diketahui hasil dari Water Quality Index yang
disajikan dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 1.1 Water Quality Index
:
Berdasarkan
pada grafik 1.1 yaitu grafik mengenai Water Quality Index dapat diketahui bahwa
dari lima lokasi, terdapat kemiripan secara signifikan kecuali pada lokasi yang
kelima yaitu pada lokasi Inlet. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan
sampel antara lokasi pertama hingga lokasi keempat jaraknya yang tidak terlalu
jauh yang menyebabkan terdapat kemiripan dari hasil hitung Water Quality Index.
Berdasarkan
kriteria kualitas perairan dibagi ke dalam lima kelas, yaitu
WQI = 90 –
100 (sangat baik)
71 – 90 (baik)
51 – 70 (sedang)
26 – 50 (buruk)
0 – 25 (sangat buruk)
Apabila
dibandingkan dengan hasil yang tertera pada grafik 1.1 hal ini menunjukan bahwa
WQI di Danau Situ Gintung berkisar antara 72,72 – 73,8 yang menandakan bahwa
kualitas perairan di lokasi tersebuk dalam kategori yang baik (Asdak, 2004).
KESIMPULAN
Situ
Gintung merupakan suatu danau yang mewakili suatu ekosistem perairan yang
memiliki beberapa parameter kimia fisik lingkungan yaitu suhu, pH,
konduktivitas, kekeruhan, DO, TDS, Salt, dan WQI. Adapun untuk mengukur
parameter kimia fisik lingkungan menggunakan beberapa alat yaitu pH meter, Secchi
disk, turbidimeter, dan water sampler.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press.
Yogyakarta
Barus, T. 1996. Metode Ekologis
Untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik. Fakultas
MIPA
USU. Medan
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup
dan Pencemaran. UI Press. Jakarta
Erlina, Hartoko,
dan Suminto. 200. Kualitas
Perairan di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau
dari Aspek Produktivitas Primer sebagai Landasan Operasional
Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Jurnal Pasir Laut. http://eprints.undip.ac.id/4361/1/1-Antik-new.pdf. Pada tanggal 24 Maret. Pukul 23.00 WIB.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan
Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan
Teluk Banten.
Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran,
Hasil Studi
di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P.
Praseno, Ricky Rositasari
dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 – 46.
Sanusi, H. 2004. Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan
perairan teluk pelabuhan Ratu pada
Musim
Barat dan Timur.
Jurnal Ilmu-ilmu perairan
dan perikanan
Indonesia.
Departemen Sumber Daya
Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar