Senin, 28 Maret 2016

PENGANTAR EKOLOGI PERAIRAN


Nama                           : Ratna Lestyana Dewi
NIM                            : 11140950000007
Prodi/Semester            : Biologi A/Semester 4
Mata Kuliah                : Ekologi Perairan
Dosen Pengampu        : Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud.


                                                PENGANTAR EKOLOGI AIR TAWAR

            Ekologi adalah sub kategori khusus dari studi keseluruhan organisme dan lingkungan hidup mengenai bagaimana makhluk hidup memberikan reaksi, dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya atau ekosistem. Ekologi air tawar adalah studi tentang hubungan timbal balik antara air tawar organisme dan lingkungan alam dan budaya mereka. Dengan mempelajari ekologi air tawar dapat menemukan informasi penting tentang kesehatan dan kebutuhan sistem air tawar.

Ekologi air tawar memiliki dua klasifikasi habitat yaitu :
1.      Dataran Tinggi
Habitat ini memiliki ciri-ciri diantaranya suhunya lebih dingin, terdapat aliran sungai yang mengalir di dekat daerah pegunungan.
2.      Dataran Rendah
Habitat ini memiliki ciri-ciri diantaranya memiliki suhu yang lebih hangat, terdapat aliran sungai yang mengalir lambat, memiliki dataran rendah yang relatif datar, dengan air yang memiliki komposisi bahan-bahan organik dari hasil sedimentasi.
Terdapat empat unsur utama dari lingkungan hidup yang membentuk ekosistem air tawar, yaitu :
a.       Elemen dan Senyawa
Unsur ini dibutuhkan untuk diserap oleh organisme yang diperlukan sebagai sumber makanan untuk proses respirasi, dan membantu dalam proses rantai makanan oleh tanaman.
b.      Tanaman
Unsur ini dibutuhkan karena tanaman mampu mensintesis makanan dengan cara memanfaatkan energi dari senyawa organik yang disebut dengan fotosintesis.
c.       Konsumen
Konsumen merupakan organisme yang dibutuhkan karena mampu memberikan makanan dari bahan tanaman.
d.      Pengurai
Pengurai mampu menguraikan zat-zat sisa yang sudah tidak terpakai di alam (bahan organik yang mati) yang kemudian hasil dari pengurai ini diperlukan kembali oleh tanaman.












Faktor – Faktor Biotik dan Abiotik Pada Ekologi Perairan
                                                                                                   
           Pada dasarnya faktor abiotik merupakan komponen tak hidup yang mampu mempengaruhi organisme hidup dari ekosistem air tawar. Adapun yang termasuk ke dalam faktor abiotiknya yaitu faktor-faktor lingkungan. Sementara pada faktor-faktor biotik dipengaruhi oleh tindakan konsekuen spesies ketika berbagai spesies hadir agar dapat mempengaruhi kehidupan sesama spesies di lingkungannya.
           Cahaya matahari merupakan konstituen utama dari ekosistem air tawar, karena mampu memberikan cahaya untuk produsen utama yakni tanaman. Adapun terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi intensitas dan lamanya waktu yang terkena daerah sinar matahari, yaitu :
-          Aspek
Aspek sangat menentukan karena saat matahari sedang terbit hingga siang hari, lebih banyak cahaya yang dapat diserap ke dalam air, sedangkan pada saat matahari terbenam, cahaya tidak terlalu banyak sehingga sulit untuk diserap. Aspek matahari setiap harinya akan selalu bervariasi tergantung pada waktu tahun.
-          Tutupan Awan
Awan yang menutupi suatu daerah akan mempengaruhi intensitas dan lamanya penyinaran matahari sehingga spesies tanaman akan mengalami masa kritis untuk menerima cahaya sebagai bahan fotosintesis.
-          Musim
Empat musim yang berbeda akan mempengaruhi macam-macam organisme yang hidup di suatu ekosistem tersebut, organisme tersebut mampu hidup sesuai dengan kondisi tubuhnya yang mampu menyesuaikan dengan musim yang ada.
-          Lokasi
Lokasi yang terbilang ekstrim membuat suatu wilayah yang dilewati garis khatulistiwa akan menerima 12 jam sinar matahari dan adapula yang mengalami kegelapan setiap hari hingga 6 bulan sinar matahari dan 6 bulan mengalami kegelapan.  Hal yang demikian ini
-          Ketinggian
Ketinggian juga akan mempengaruhi aspek dari sinar matahari, karena untuk setiap seribu meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata hampir satu derajat Celsius.

Masyarakat di Daerah Air Tawar & Lentic Water
            Masyarakat dengan tipe ini adalah masyarakat yang dapat sangat bervariasi dalam berpenampilan apapun. Salah satu dari elemen penting dari lingkungan ini yaitu suhu yang masih efektif dengan daerah air yang lebih luas. Ketika ekosistem air tawar ini dihumi, banyak faktor seperti osmosis, serta suhu yang menentukan keseluruhan lingkungan agar organisme mampu untuk beradaptasi. Adapun faktor utama yang mempengaruhi komunitas air adalah konsentrasi oksigen dari daerah sekitar.





Konsentrasi oksigen terutama dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1.      Luas permukaan di lingkungan terbuka
2.      Sirkulasi Air, terutama karena terdapat diferensiasi suhu di beberapa wilayah
3.      Oksigen yang dihasilkan dari proses respirasi, konsumsi, dan oksigen yang dikonsumsi oleh hewan dan bakteri.
4.      Suhu, dan pH
Melalui jutaan tahun setelah evolusi, binatang yang hidup di lingkungan perairan memiliki diversifikasi untuk menempati relung ekologi yang tersedia dalam ekosistem. Ketika mempelajari habitat dari organisme tertentu, terdapat tiga bidang utama dari lingkungan air tawar yang dapat diklasifikasikan sbb :
a.       Area Profundal
Pada area ini, hewan-hewan masih mengandalkan bahan organik sebagai sumber makanan, yang bersumber dari daerah yang kaya akan energi namun dengan sinar matahari yang kurang.
b.      Area Pelagic
Area ini ditemukan di bawah permukaan air, dengan cahaya matahari yang cukup tersedia namun daerah ini tidak dekat dengan daerah pantai.
c.       Area Benthic
Area ini menggabungkan semua lingkungan air tawar (area profundal dan area pelagic)
Komunitas Air Tawar (Lentic) & Hewan
            Tanaman yang hidup di sebagian atau keseluruhan yang terendam air (Hydrophytes) akan bersimbiosis dengan tanaman tumbuhan air lainnya, yang nantinya akan memberikan ganggang dan organisme dapat bertahan hidup di lingkungan sekitarnya. Sementara hewan di lingkungan ini akan mengonsumsi ganggang kemudian terdapat pula detritus yang mengurai bahan organik yang melimpah. Tanaman (Hydrophytes) ini memiliki cara adaptasi yang evolusioner seperti contohnya tanaman ini memiliki struktur yang kaku pada tanaman air tawar yang berbanding lurus dengan densitas air (jauh lebih tinggi dari lingkungan udara terbuka). Hal ini menyebabkan tanaman (Hydrophytes) lebih fleksibel terhadap adanya air pasang, dan mampu mencegah kerusakan tanaman.
Adapun adaptasi yang dapat dilakukan pada komunitas air tawar yaitu :
-          Ruang Air (Spaces)
-          Luas Daun
-          Kutikula yang tebal





Tanaman Air Tawar & Nutrisi
            Tanaman juga membutuhkan nutrisi yang terdapat di dalam tanah seperti Mg, N, P, dan K. Bberapa dari elemen ini, terutama gas memang sudah terdapat di atmosfer, sementara karbon dioksida dihasilkan dari penguraian bahan-bahan organik. Sementara oksigen tersedia dari kegiatan fotosintesis dari tanaman.
Komunitas Lotic
            Lotic atau yang disebut dengan arti air yang mengalir merupakan masyarakat yang kehidupannya sangat dekat dengan komunitas air dari berbagai sumber seperti curah hujan, air dari permukaan tanah, air bawah tanah, dan lain-lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme pada komunitas ini, yaitu adanya gerakan mineral dan batu yang disebabkan oleh kecepatan dan volume air serta adanya erosi. Sementara itu terdapat beberapa faktor fisik dan kimia yang menyediakan relung ekologi, sbb:
-          Suhu
-          Cahaya
-          Komposisi Kimia
-          Material Organik
Adapun keragaman spesies tanaman pada komunitas ini terlihat lebih kecil karena hal ini berhubungan dengan lingkungannya seperti alga yang dapat tumbuh di segala macam tempat yang berbeda dengan permukaan yang berbeda pula, sehingga alga mampu untuk bertahan hidup pada ekosistem air karena telah melakukan adaptasi secara evolusioner.
Sementara pada komunitas lotic terdapat hewan sessile yang dapat bergerak dan tetap pada satu tempat. Hewan ini berukuran kecil, dan termasuk protozoa dan beberapa spons air tawar. Hewan yang tergolong ke dalam komunitas lotic memiliki beberapa adaptasi dari waktu ke waktu dengan cara:
-          Kait (Claws)
Adapun yang dimaksud dengan kait adalah suatu benda tajam yang dapat membantu hewan tersebut menggali atau menggenggam saat berada di sekitar permukaan
-          Tubuh yang merata
Adaptasi ini dapat membantu hewan pada komunitas lotic untuk mampu menanggung beban yang terdapat pada kekuatan air, dan mempermudah untuk berlindung di bawah batu.
-          Ramping
Hewan dengan tubuh yang ramping mampu beradaptasi pada komunitas ini.
-          Terbang
Beberapa hewan dari komunitas ini dapat terbang, hal ini memungkinkan hewan tersebut untuk bergerak lebih cepat dan mudah.




Masyarakat Air Tawar & Plankton
            Plankton adalah organisme mikroskopis yang hidup tersuspensi di dalam lingkungan air, dan merupakan salah satu komponen penting dari komunitas air tawar. Di hampir setiap habitat dari ekosistem air tawar terdapat ribuan organisme ini karena ukurannya yang relatif mikroskopis. Plankton dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
1.      Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuhan mikroskopis yang memperoleh energi melalui fotosintesis, mampu memproduksi dan melakukan proses daur ulang seperti daur karbon, sulfur, yang sangat dibutuhkan di lingkungan masyarakat. Fitoplankton yang lebih berlimpah terdapat pada daerah dengan intensitas cahaya yang tinggi, karena fitoplankton mampu mengkonversi cahaya menjadi energi kimia
2.      Zooplankton
Terdiri dari golongan Crustacea dan Rotifera, dan merupakan kategori yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan fitoplankton lainnya. Zooplankton memiliki adaptasi yang evolusioner sehingga mampu bertahan hidup dan jauh dari bahaya.

Polusi di Ekosistem Air Tawar
            Polusi pada ekosistem air tawar dapat terjadi apabila terdapat peningkatan suhu yang kemudian akan mempengaruhi tingkat oksigen yang tersedia secara bebas untuk organisme. Karena perubahan suhu ini, kehidupan ekosistem akan terpengaruh. Selain itu, jika terdapat periode hujan lebat dapat menyebabkan tingkat air yang berfluktuasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi suhu air sehingga terkadang bahan-bahan kimia baru masuk.
            Adapun penggunaan sebagai lahan rekreasi juga memiliki efek misalnya sampah-sampah  yang menghalangi masuknya sinar matahari yang dibutuhkan oleh produsen yaitu tumbuhan untuk berfotosintesis. Jika sinar cahaya matahari terhalang akan menyebabkan tingkat keproduktivitasan produsen menjadi menurun, dan jika organisme lain mengandalkan produsen maka proses kehidupannya akan terancam.

            Polusi pada tingkat molekuler dapat terjadi apabila limbah bahan-bahan kimia dibuang ke dalam air, terutama dari hasil industri atau pestisida dari lahan pertanian dapat mempengaruhi kualitas lingkungan di air tawar. Jika hal ini terjadi, maka organisme tidak dapat melakukan respirasi dan tidak dapat berfungsi secara optimal, sehingga mengakibatkan kurangnya biomassa dalam keseluruhan ekosistem.

ISOLASI MIKROORGANISME DARI UDARA

Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar
ISOLASI MIKROORGANISME DARI UDARA
Aditya Rizky Ramadhan, Ratna Lestyana Dewi, Ria Suci Anisa, Udi Rafiudin, Wuliani Amalia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Biologi
Januari 2016

Abstract
Mikroorganisme seperti bakteri dan kapang maupun khamir hidup di sekitar kita, seperti di udara, air, tanah, makanan atau pada feses. Mikroorganisme sangat penting untuk diketahui keuntungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keanekaragaman mikroorganisme pada bahan lingkungan berupa udara, mengetahui aktivitas biokimia pada mikroorganisme sehingga dapat diketahui sifat-sifat yang khas dari mikroorganisme dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kultivasi mikroorganisme. Langkah pertama untuk mengisolasi mikroorganisme pada lingkungannya dilakukan dengan menggunakan medium Potato Dextrose Agar (PDA) untuk mengisolasi kapang dan khamir, dan medium Nutrient Agar (NA) untuk media isolasi bakteri. Setiap bakteri memiliki sifat khas untuk merespon reaksi kimia dengan melakukan uji biokimia dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kultivasi mikroorganisme. Hasil menunjukkan bahwa bakteri yang telah teridentifikasi merupakan bakteri dari Genus Micrococcus spp., Streptococcus spp., Escherichia coli, Enterococcus sp. dan Bacillus sp.

Kata kunci : Bakteri, Potato Dextrose Agar, Kapang, Uji biokimia, Isolasi,

Minggu, 27 Maret 2016

DAUR KARBON

    DAUR KARBON

Ratna Lestyana Dewi1), Arman Gaffar2), dan Ismail S Alaydrus2)
1.      Mahasiswa Program Studi Biologi
2.      Asisten Dosen Praktikum Ekologi Dasar Prodi Biologi
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstract
The aim of the practical work of this time is to study cycle biogeokimia in ecosystem especially about the cycle carbon. The methods used to make the environment and simple abiotic and biotic to done in two separate places the bright spot exposed sunlight and the dark using Lymnea sp. and Hydrilla sp . This observation done seven days and the conclusion is Carbon cycle was a process reciprocal photosynthesis and respiration cellular responsible for the change and the movement of the main carbon . Levels of oxygen in which it is dissolved in water affect the activity of an organism in carrying out its role at a ecosystem. As for the flow of energy on the ecosystem is sunlight and CO2 absorbed by Hydrilla sp . to photosynthesis , then be consumed by Lymnea sp. and used for respiration.

Key words : Ecosystem, carbon cycle, respration

PENDAHULUAN


            Karbon merupakan unsur yang penting bagi kehidupan organisme, karena semua molekul organiknya berbasiskan pada unsur karbon. Karbon beredar di dalam biosfer dalam bentuk karbondioksida (CO2) yang berupa gas, sehingga siklusnya tergolong ke dalam siklus tipe gas. Terdapat tiga sumber karbon utama yaitu di dalam atmosfer (dalam bentuk karbondioksida), di dalam larutan (dalam bentuk terlarut), dan di dalam bumi (batuan kapur atau minyak fosil). Adapun proses peredarannya mencakup wilayah yang sangat luas yang meliputi atmosfer, bumi, dan lautan (Indriyanto, 2006)
Karbon dapat dijumpai dimana-mana. Karbon dapat dijumpai didalam atmosfer sebagai CO2 dalam jaringan semua mahluk hidup dan terbesar dijumpai dalam batuan endapan serta bahan bakar fosil yang terdapat dalam perut bumi. Tumbuhan hijau dan hewan serta organisme yang lain berperan aktif dalam kelangsungan siklus karbon. CO2 merupakan salah satu komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis, dengan bantuan energi cahaya maka CO2 merupakan salah satu komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis (Hanafiah, 2005)
Reaksi fotosintesis terjadi dihutan-hutan, dipadang rumput dan juga di rumput laut di lautan. Dalam daur karbon, karbondioksida dibutuhkan tumbuhan, yang kemudian akan dikonsumsi hewan, ikan atau manusia untuk kebutuhan sel dan energi. Dalam bentuk karbon dioksida dikembalikan ke alam, bila hewan atau tumbuhan tersebut mati akibat kerja mikroorganisme karbon akan dikembalikan ke bumi (Hanafiah, 2005)

Karbon tersimpan dalam bentuk molekul karbondioksida (CO2) dan oksigen dalam betuk molekul oksigen yaitu O2. Karbon diikat oleh tanaman dalam proses fotosintesis dan dihasilkan bahan organik. Bila bahan ini dioksidasikan akan menghasilkan kembali karbon dioksida. Dari proses fotosintesis diatas selain dihasilkan bahan organik berupa karbohidrat juaga dihasilkan oksigen. Bahan organik hasil fotosintesis berpindah ke herbivora dan pemangsa dan kembali ke cadangan melalui respirasi dan kegiatan bakteri. Sisa bahan organik yang tidak dilapuk melalui proses-proses geologi lainnya akan membentuk gambut, batu bara dan minyak bumi. Gambut dan batu bara mengandung karbon terikat, besarnya kandungan tergantung pada tingkat pelapukannya. Bahan tambang ini akan menghasilkan karbon ke udara bebas setelah dibakar (Irwan, 1992).

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer (Suwasono, 2007).

Daur karbon merupakan bagian dari daur energi. Reaksi fotosintesis sangat esensial untuk daur karbon maupun daur energi, melalui proses fotosintesis tersebut karbon dioksida berhubungan dengan mahluk hidup. Melalui proses fotosintesisnya tumbuhan hijau berperan dalam daur karbon, karbon diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan energi matahari dan pigmen klorofil. Saat daur karbon, karbon dioksida dibutuhkan tumbuhan yang kemudian akan dikonsumsi hewan, ikan dan manusia untuk kebutuhan sel dan energi. Dalam bentuk karbon dioksida dikembalikan kealam, bila hewan atau tumbuhan tersebut .mati akibat kerja mikroorganisme karbon akan dikembalikan kebumi (Suwasono, 2007)
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari daur biogeokimia pada ekosistem khususnya daur karbon.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan Brom Timol Blue, air, Lymnea sp., dan Hydrilla sp.,. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 8 buah botol dengan penutup (toples) dan DO meter atau WQC.
Cara Kerja
            Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu dengan menyiapkan dua percobaan yaitu A dan B, masing – masing terdiri dari 4 botol yang telah diberi tanda (A1, A2, A3, A4, dan B1, B2, B3, dan B4). Kemudian botol diisi dengan air sebanyak 100 ml atau sampai di bawah mulut botol, lalu ditambahkan sebanyak 5 tetes brom timol blue pada masing – masing botol. Botol A-1 dan B1 lalu diisi dengan Hydrilla sp., botol A3 dan B3 diisi dengan Lymnea sp. dan Hydrilla sp., botol A4 dan B4 sebagai kontrol atau tidak diisi dengan hewan dan tumbuhan. Selanjutnya, botol ditutup rapat kemudian ditempatkan di ruang gelap untuk botol A dan ruang yang terkena cahaya untuk botol B. Setelah 24 jam, diamati semua tabung dan dihitung kadar oksigen dengan DO meter atau WQC.








HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pengamatan mengenai daur karbon, didapat hasil yang disajikan dalam tabel berikut :


                                                         Tabel 1. Data Pengukuran Daur Karbon

Kelompok
Perlakuan
DO (mg/l)
pH
Kondisi
Lymnea
Hydrilla
Lymnea Hydrilla
Warna air
1
A4
28.8
6
-
-
-
Biru bening
A4
41
7
-
-
-
Biru bening
B4
36
7
-
-
-
Biru bening
B4
67.7
8
-
-
-
Biru bening
2
A1
60.6
6
Mati
-
-
Kuning keruh
A2
9.8
7
-
Layu
-
Kuning keruh
A3
57.8
6
-
-
Lymnea mati Hydrilla layu
Kuning keruh
3
B1
54.4
6
Hidup
-
-
Biru bening
B2
8.9
6
-
Segar
-
Biru bening
B3
85.4
6
-
-
Lymnea hidup Hydrilla segar
Biru bening
4
B1
100
8
Hidup
-
-
Biru bening
B2
78.6
8
-
Segar
-
Biru bening
B3
97.1
7
-
-
Lymnea hidup Hydrilla segar
Biru bening
5
A1
44.7
6
Mati
-
-
Kuning keruh
A2
48.1
6
-
Layu
-
Kuning keruh
A3
90.9
6
-
-
Lymnea mati Hydrilla layu
Kuning keruh



Berdasarkan pada praktikum  ini dilakukan percobaan mengenai daur karbon yang bertujuan untuk mempelajari daur biogeokimia pada ekosistem khususnya daur karbon. Percobaan dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu di tempat terang dan di tempat gelap. Hal itu dimaksudkan untuk melihat perbedaan proses fotosintesis dan respirasi yang dilakukan oleh Hydrilla sp. serta proses respirasi dan metabolisme yang dilakukan oleh siput pada tempat yang berbeda, dimana pada tempat terang cahaya matahari didapat untuk melakukan proses fotosintesis Hydrilla sp. serta untuk membandingkan apakah cahaya berpengaruh terhadap siklus karbon pada ekosistem aquatik (Jumin, 2008).
Adapun pada praktikum ini digunakan Lymnea sp. dan Hydrilla sp. yang bertujuan untuk mengetahui peristiwa daur karbon yang terjadi pada suatu bentuk ekosistem buatan yang sederhana yakni di dalam tabung biakan tertutup. Hydrilla sp. melakukan proses fotosintesis dan  menghasilkan oksigen (O2) dan glukosa (C6H12O6), dimana O2 tersebut akan dimanfaatkan oleh Lymnea sp. untuk respirasi dan glukosa sebagai sumber energi (Jumin, 2008).
Berdasarkan pada percobaan ini diukur CO2 yang didaur dalam suatu toples berisi Hydrilla sp. Dan Lymnea sp. dengan menggunakan larutan indikator (brom timol blue). Larutan indikator akan berwarna biru dalam larutan basa dan kuning kemerahan dalam larutan asam. Gas CO2 akan membentuk larutan asam bila dilarutkan dengan air. Bila wadah ditempatkan di tempat yang terang, CO2 di air digunakan untuk fotosintesis tanaman, sebaliknya bila diletakkan di tempat yang gelap maka tidak terjadi fotosintesis oleh karenanya akan terjadi perbedaan konsentrasi CO2 pada wadah yang diletakkan di tempat yang terang dan tempat gelap (Setyo, 2007).
Hasil yang diperoleh berdasarkan tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa produsen dan konsumen berinteraksi. Terdapat dua perlakuan pada praktikum ini yaitu gelap dan terang dimana tiap perlakuan dibagi empat perlakuan lagi yaitu A1, A2, A3, A4 dan B1, B2, B3, B4. Pada tiap-tiap perlakuan tersebut megalami perubahan. Apabila dilihat berdasarkan tabel, pada tabung A4 dan B4 yang digunakan sebagai kontrol dan mendapat perlakuan yang sama dengan tabung yang lain namun hanya berisi air dan 10 tetes larutan Brom timol Blue , warnanya dari pengamatan pertama sampai pengamatan terakhir warnanya tidak berubah yaitu biru bening (Setyo, 2007).
Kemudian pada perlakuan A1 dapat terlihat bahwa Lymnea lama kelamaan mati dan warna air berubah menjadi kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya proses respirasi yang dilakukan siput menghasilkan kadar CO2 yang cukup tinggi. Respirasi adalah proses pemecahan glukosa dengan menggunakan oksigen (O2) dan menghasilkan CO2 dan H2O serta energi, dimana siput mengambil O2 dari air dan udara yang ada di dalam tabung. Selanjutnya menghasilkan CO2, sehingga warna pada larutan menjadi berwarna agak kekuningan (Muslimin, 1996).
Berdasarkan pada tabel 1, dapat diketahui pula bahwa Hydrilla sp pada perlakuan A2 menjadi layu dan warna air berubah menjadi kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya proses daur karbon yang melibatkan antara Lymnea sp. dan Hydrilla sp. dalam tabung tersebut. Pada botol A2 menunjukkan proses daur karbon. Daur karbon ini berlangsung secara terus menerus. Daur dalam botol ini diketahui bahwa Hydrilla sp.membutuhkan COdalam fotosintesis dan mengeluarkan O2 yang dibutuhkan oleh Lymnea sp. dalam respirasi yang menghasilkan CO2. selanjutnya CO2 yang dihasilkan digunakan oleh Hydrilla sp. untuk fotosintesis, dan begitu selanjutnya. Kandungan CO2 lebih kecil bila diletakkan pada tempat terang karena adanya Hydrilla sp. yang menggunakannya untuk proses fotosintesis. Tetapi kadar CO2 lebih banyak pada tempat gelap karena tidak adanya cahaya untuk fotosintesis (Leksono, 2007).
Kemudian, pada botol B3 merupakan reaksi fotosintesis, dimana terjadi pembentukan oksigen melalui proses fotosintesis. Kandungan oksigen yang tinggi pada wadah ini ditunjukan dengan air berwarna biru, terutama pada saat botol diletakkan pada tempat terang. Tetapi, pada tempat gelap, air tidak berubah menjadi biru karena tumbuhan menghasilkan CO2. Hal ini dikarenakan tidak adanya cahaya yang digunakan untuk fotosintesis oleh Hydrilla sp., sehingga Hydrilla sp. melakukan respirasi yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) (Leksono, 2007).

KESIMPULAN
Daur karbon merupakan proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Kadar oksigen yang terlarut dalam air mempengaruhi aktivitas organisme dalam melaksanakan perannya pada suatu ekosistem. Adapun aliran energi pada ekosistem adalah cahaya matahari dan CO2 diserap oleh Hydrilla sp. untuk berfotosintesis, kemudian dikonsumsi oleh Lymnea sp. dan digunakan untuk respirasi.

 DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Biologi Tanah    Ekologi dan Mikrobologi Tanah. PT.  raja Grafindo. Jakarta.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi    Aksara. Jakarta
Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan          Organisasi: Ekosistem, Komunitas,    dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta

Jumin, H. 2008. Ekologi Tanaman. Rajawali Press. Jakarta
Leksono, A. 2007. Ekologi Pendekatan         Deskriptif dan Kuantitatif.     Banyumedia. Malang
Muslimin.L.W.1996. Mikrobiologi     Lingkungan. Jakarta : UI Press.

Setyo, L. 2007. Ekologi. Bayomedia  Publishing. Malang
Suwasono. 2007. Biologi dan Pertanian.       Rajawali Press. Jakarta