Nama : Ratna
Lestyana Dewi
NIM :
11140950000007
Tanggal : 6 April
2016
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN KADAR LEMAK
Dasar
Teori
Karbohidrat merupakan senyawa yang diperlukan oleh
tubuh sebagai sumber energi. Karbohidrat dikelompokkan menjadi tiga golongan,
yaitu monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa dan maltosa),
dan polisakarida (amilum, glikogen, dan selulosa). Ketiga kelompok senyawa
karbohidrat tersebut dicerna oleh organ sistem pencernaan secara bertahap. Hal
ini disebabkan karena tubuh tidak dapat langsung menyerap molekul – molekul
yang masih kompleks sehingga harus dipecah menjadi monosakarida yang ukuran
molekulnya lebih sederhana seperti halnya pada penyerapan glukosa dalam sistem
pencernaan (Poedjiadi,1994).
Proses pencernaan karbohidrat dimulai dari rongga
mulut. Makanan yang mengandung karbohidrat dikunyah di dalam cavum oris sehingga
bercampur dengan saliva yang mengandung enzim amilase yang berfungsi mengurai
karbohidrat menjadi glukosa. Setelah melalui pencernaan mekanis, karbohidrat
kemudian ditelan masuk dan melewati esofagus. Pada organ ini, proses pencernaan
karbohidrat sama sekali tidak terjadi karena saluran esofagus yang sangat licin
akibat cairan mucus yang dihasilkan oleh dindingnya (Price, 2006).
Kemudian dari faring, karbohidrat langsung
diterima gastrum yang kemudian diolah dan dicampurkan dengan asam lambung (HCl)
yang bersifat korosif dengan bantuan kontraksi gastrum. Proses ini membuat
karbohidrat menjadi lebih cair dan hancur yang disebut dengan chymus, dan
kemudian diteruskan ke duodenum untuk dicerna secara kimiawi menggunakan
enzim amilase yang dihasilkan dari getah pankreaas. Setelah melalui duodenum,
proses dilanjutkan oleh jejunum. Untuk memecah disakarida menjadi monosakarida dengan
bantuan enzim-enzim disakaridase (maltase, laktase, dan sukrase) yang terdapat
pada getah intestinum hasil sekresi dinding-dindingnya. Pemecahan disakarida
tergantung pada jenis dan jumlahnya, yaitu maltosa, laktosa dan sukrosa.
Setelah melalui jejunum, monosakarida hasil
penguraian kemudian diserap oleh dinding ileum. Serapan monosakarida ini lalu
diabsorpsi dan diangkut sistem sirkulasi darah dan disalurkan ke seluruh tubuh
menjadi energi yang siap digunakan (Price, 2006)
Kemudian, hasil sisa makanan yang telah
diserap oleh intestinum, menuju kolon. Hasil sisa makanan ini kemudian menjadi
substrat potensial yang difermentasi oleh beberapa mikroorganisme di dalam
kolon, sebelum akhirnya dibuang melalui anus (Price, 2006)
Selain karbohidrat,
ada zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu lemak. Sebagian
besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida, yaitu lemak netral
yang terdiri dari satu molekul gliserol dengan tiga asam lemak melekat. Selama
pencernaan, dua dari tiga molekul asam lemak tersebut terpisah, meninggalkan
satu monogliserida, satu molekul gliserol dengan satu molekul asam lemak yang
melekat. Karena itu, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan
asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap (Murrey, 2003).
Makanan yang dikonsumsi akan masuk ke dalam tubuh untuk diolah
dalam sistem pencernaan. Makanan yang mengandung lemak dan kolesterol akan
diurai lebih sederhana menjadi trigliserida, kolesterol, asam lemak bebas,
dan fosfolipid. Karena sifatnya yang sukar larut dalam cairan seperti darah,
kolesterol bekerja sama dengan protein membentuk partikel yang bernama
lipoprotein, sehingga kolesterol dan lemak yang ada disalurkan ke seluruh
tubuh. Pendistribusian lemak dan kolesterol dalam darah dilakukan melalui dua
jalur yakni jalur eksogen dan jalur endogen (Murrey, 2003).
Saat jalur eksogen, setelah makanan tersebut diurai oleh tubuh,
uraian yang dihasilkan berupa trigliserida dan kolesterol dikemas lagi dalam
intestinum dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron dan
dibawa ke dalam aliran darah. Kemudian trigliserida dalam kilomikron akan
mengalami penguraian lebih lanjut oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga
terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas yang
dihasilkan akan menembus jaringan lemak di bawah kulit dan sel otot untuk
diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Sedangkan
kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan
kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati akan diubah
menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti
pembersih dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari
kolesterol yang dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme lagi
kemudian menjadi asam empedu yang oleh organ hati akan didistribusikan ke
jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen (Murrey, 2003).
Kemudian, saat jalur eksogen, makanan yang masuk ke dalam tubuh
dengan kandungan karbohidrat yang banyak akan diolah oleh hati menjadi asam
lemak yang akhirnya akan terbentuk trigliserida. Trigliserida tersebut akan
ditransportasikan di dalam tubuh dalam bentuk lipoprotein yang bernama VLDL
(Very Low Density Lipoprotein). VLDL ini akan dimetabolisme kembali oleh
tubuh menjadi IDL (intermeida density lipoprotein) yang akan diproses kembali
oleh tubuh menjadi LDL (low density lipoprotein) yang kaya akan
kolesterol. LDL tersebut akan mendistribusikan kolesterol ke seluruh
jaringan tubuh melalui sistem peredaran darah untuk digunakan tubuh dan
sebagian lagi akan dilepaskan di dalam darah. Kolesterol yang dilepaskan
tersebut kemudian akan berikatan dengan HDL (High Density Lipoprotein) yang
akan membawa kelebihan kolesterol tersebut dalam darah menuju hati untuk
diproses kembali (Murrey, 2003).
Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh
usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke
dalam plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai klomikron berasal dari penyerapan
usus setelah makan lemak, dan sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein) yang
dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin. Trigliserida ini di dalam jaringan
diluar hati (pembuluh darah, otot, jaringan lemak), dihidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hati dimetabolisasikan
menjadi LDL. Kolesterol yang terdapat pada LDL ini kemudian ditangkap oleh
suatu reseptor khusus di jaringan perifer itu, sehingga LDL sering disebut
sebagai kolesterol jahat. Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan
diangkut oleh HDL (High Density Lipoprotein) ke hati untuk kemudian dikeluarkan
melalui saluran empedu sebagai lemak empedu sehingga sering disebut sebagai
kolesterol baik (Guyton, 1997).
Prinsip Kerja
Tes
strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi
biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian
yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam
zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian mengoksidasi glukosa
didalam darah. Intensitas arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai
konsentrasi glukosa didalam sampel darah.
Trigliserida dipecah
oleh LPL (lipoprotein lipase) menjadi gliserol. Gliserol kemudian mengalami
oksidasi menjadi dihidroksiaseton fosfat dan hydrogen peroksida. Hidrogen
peroksida yang terbentuk kemudian bereaksi dengan 4-aminophenazon dan
4-chlorophenol yang dikatalisis oleh peroxidase sehingga terbentuk warna pink.
Warna tersebut kemudian diserap oleh fotometer pada panjang gelombang 546 nm
dan hasil yang keluar adalah konsentrasi trigliserida dalam darah.
Pengujian kadar kolesterol dalam darah dilakukan secara enzimatis. Reagent
kolesterol bereaksi terhadap serum darah menjadi kolesterin ester kemudian
diubah secara enzimatis menggunkan kolesterol esterase menjadi kolesterol.
Dengan bantuan cholesterol peroxide. Hidrogen peroxide yang terbentuk kemudian dikatalisis oleh
peroxidase bereaksi dengan 4-aminoantipurene dan phenol membentuk warna merah.
Hasil tersebut kemudian diujikan dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm
dan hasil yang diperoleh adalah konsentrasi kolesterol dalam darah.
Pada pengujian kadar
HDL menggunakan reagent kolesterol dan HDL. HDL kolesterol dipisahkan dari
serum dengan lipoprotein yang lain seperti VLDL (very low density lipoprotein)
dan LDL (low density lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) dengan
menambahkan phostungstic acid dan magnesium chloride dan disentrifugasi.
Setelah disentrifugasi, supernatant berisi fraksi HDL, kolesterol yang ada pada
HDL kemudian diperiksa secara enzimatis dengan menggunakan reagent kolesterol.
Cara
Kerja
Cara Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
Pemeriksaan
Kadar Glukosa Darah
Ujung jari yang akan ditusuk terlebh dahulu dibersihkan dengan
alkohol 70%
Jari ditusuk dengan lanset tegak lurus
Darah dimasukkan ke dalam strip
Strip dimasukkan ke dalam Gluco DR
Hasilnya dibaca dengan teliti
|
|
2.
Pemeriksaan
Kadar Lemak Darah
I.
Pembuatan Serum
Darah diambil sebanyak 3 ml
Serum
siap pakai
II.
Pembuatan Sampel
1.
Pengujian
Trigliserida
R1 dimasukkan sebanyak 400 µl pada tabung
R2
dimasukkan sebanyak100 µl pada tabung yang sama
Serum
dicampurkan sebanyak 5 µl dan diinkubasi selama 1 menit
|
|
2.
Pengujian
Kadar Kolesterol
R1 dimasukkan sebanyak 500 µl pada tabung
Kemudian
dicampurkan dengan serum sebanyak 5 µl
Diinkubasi
pada suhu ruang selama 1 menit dan dilakukan pemeriksaan
3.
Pengujian
Kadar HDL-Kolesterol
Serum dimasukkan sebanyak 100 µl pada tabung
Didiamkan
selama 1 jam pada suhu ruang
Setelah
itu, dimasukkan supernatan sebanyak 50 µl ke dalam tabung reaksi dan dicamprkan
dengan reagen kolesterol sebanyak 500 µl
Diinkubasi
pada suhu ruang selama 10 menit pada suhu ruang dan dilakukan pemeriksaan
III.
Pemeriksaan
Sampel Menggunakan Zenix 168
a.
Pengujian
Trigliserida
R1 dimasukkan sebanyak 400 µl pada tabung
Dicampurkan
dengan serum sebanyak 5 µl
Diinkubasi
pada suhu ruang selama 1 menit dan dilakukan pemeriksaan
b. Pengujian
Kadar Kolesterol
Dicampurkan
dengan serum sebanyak 5 µl
Diinkubasi
pada suhu ruang selama 1 menit dan dilakukan pemeriksaan
c. Pengujian
Kadar HDL-Kolesterol
Serum
dimasukkan sebanyak 100 µl pada tabung
Dicampurkan
dengan reagen HDL sebanyak 250 µl
Disentrifu
selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm
Didiamkan
pada suhu ruang selama 1 jam.
|
|
Hasil
dan Pembahasan
Berdasarkan
pada hasil percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.1
Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
No
|
Nama
Probandus
|
Kadar Glukosa
Darah (mg/dL)
|
Keterangan
|
1
|
Aditya Rizky Maulana
|
115 mg/dL
|
Normal
|
2
|
Arief Budi Utomo
|
114 mg/dL
|
Normal
|
3
|
Ratna Evania Fitriyani
|
114 mg/dL
|
Normal
|
4
|
Renitha Ashari
|
100 mg/dL
|
Normal
|
5
|
Reo Vebria Ningsih
|
111 mg/dL
|
Normal
|
6
|
Rizki Hastuti Purwaningsih
|
100 mg/dL
|
Normal
|
Berdasarkan pada percobaan yang pertama yaitu mengenai pemeriksaan
kadar glukosa darah dengan menggunakan metode Tes Strip Gluco Dr. Metode Tes Strip Gluco DR adalah metode
pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur
kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan kadar
glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena,
tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum darah.
Metode ini menggunakan strip tes yang berisi enzim glukosa oksidase (Pakasi, 2006). Metode ini digunakan karena prinsip kerja yang sederhana dan efisien saat digunakan.
Metode ini menggunakan strip tes yang berisi enzim glukosa oksidase (Pakasi, 2006). Metode ini digunakan karena prinsip kerja yang sederhana dan efisien saat digunakan.
Berdasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang diperoleh
pada tabel 1.1 menunjukkan dari keseluruhan orang probandus yang telah diambil
sampel darahnya menunjukkan hasil yang normal. Hal ini sesuai dengan jumlah
normal kadar glukosa darah manusia pada umumnya yaitu pada kisaran 99-147 mg/dL
(Pakasi, 2006).
Tingkat gula darah diatur
melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh.
Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas.
Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di
lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses
ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga
meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena
perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut
insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen.
Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level gula darah (Pakasi, 2006).
Bila
kadar glukosa dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal
maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Glukosa darah dapat
bertambah setelah kita makan - makanan sumber karbohidrat, namun kira – kira 2
jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Salah
satu contoh penyakit yang disebabkan oleh kelainan kadar glukosa darah, yaitu
diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit yang timbul karena suatu
gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan
sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang yang
terkena diabetes melitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah
(hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine. Pada orang yang menderita
diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah
(Guyton, 1997).
Tabel 1.2 Hasil Pemeriksaan Kadar
Lemak
No
|
Nama Probandus
|
GLU
(mg/dL)
|
KOL
(mg/dL)
|
TRG
(mg/dL)
|
HDL
(mg/dL)
|
LDL
(mg/dL)
|
1
|
Aditya Rizky Maulana
|
137,5
|
124
|
236
|
33,3
|
12,1
|
2
|
Uci Agustina
|
127,2
|
217,4
|
242
|
46,1
|
90,9
|
3
|
Reo Vebria Ningsih
|
125,1
|
166,6
|
232
|
-*
|
-*
|
Berdasarkan pada hasil percobaan
mengenai pemeriksaan kadar lemak untuk
mengetahui kadar trigliserida, kolestrol dan HDL –kolesterol, dengan mengambil
sample pada tiga orang probandus. Hasil yang diperoleh berdasarkan pada tabel
1.2 diketahui bahwa kadar
kolesterol yang didapatkan yaitu pada orang probandus pertama hasilnya di bawah
normal, orang probandus kedua hasilnya di atas normal dan orang probandus
ketiga hasilnya normal. Adapun nilai normal pada kadar kolesterol yaitu 140-200
mg/dL. Adapun faktor tinggi rendahnya kolesterol berdasarkan pada asupan
makanan yang berlemak, adanya gangguan metabolisme lipid, dan adanya penyakit
yang disebabkan reaksi patologis yang mengakibatkan kadar kolesterol menurun.
Kolesterol dalam tubuh ada yang mengalami peningkatan ataupun penurunan yaitu
penurunan yang terjadi akibat aliran keluar kolesterol dari membran sel
ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah (Syaifullah, 2006).
Selanjutnya yaitu pada pemeriksaan kadar
trigliserida, hasil yang didapat pada masing-masing probandus termasuk tinggi.
Hal ini berdasarkan pada kadar normal trigliserida yaitu 0-200 mg/dL. Tinggi
atau rendahnya trigliserida ini dipengaruhi oleh sistem metabolisme
masing-masing. Faktor-faktor penyebabnya yaitu riwayat keluarga
hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, dan kurang berolahraga. Kadar
trigliserida tinggi juga terjadi ketika seseorang banyak mengonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat atau kadar gula yang tinggi. Trigliserida memiliki rumus RCOO-CH
CH(-OOCR') CH-OOCR", dimana R, R', dan R" adalah rantai alkil yang
panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH dan R"COOH bisa berbeda, semuanya sama,
atau hanya dua yang sama. Panjang rantai asam lemak dalam trigliserida bervariasi,
akan tetapi umumnya berjumlah 16, 18 dan 20 karbon. Asam lemak alami yang
ditemukan dalam jumlah atom karbonnya genap, hal ini dikarenakan jalur
biosintesis asam lemak berasal dari asetil CoA (Poedjiadi,1994).
Gambar 1.1 Struktur Trigliserida
Kemudian, selanjutnya pada pemeriksaan High Density Lipoprotein
(HDL) didapatkan hasil pada orang probandus pertama hasilnya di bawah normal
sementara pada orang probandus kedua hasilnya normal. Orang probandus ketiga
tidak dilakukan uji HDL maupun LDL dikarenakan serum habis. Hasil HDL di bawah
normal dikarenakan kurangnya asupan makanan yang berserat dibandingkan dengan
asupan makanan yang berlemak jenuh. HDL memiliki kadar normal yaitu 40 – 50
mg/L (Ganong, 1994).
HDL mengangkut kolesterol ekstra dari sel-sel dan jaringan-jaringan lalu
membawanya kembali kehati, yang mengambil kolesterol dari partikel HDL dan
menggunakannya untuk membuat cairan empedu dan mendaur ulangnya, HDL juga
mengandung antioksidan yang dapat mencegah perubahan LDL menjadi lipoprotein
yang cenderung menyebabkan penyakit jantung (Ganong, 1994).
Kemudian, pada
pemeriksaan Low Density Lipoprotein (LDL) berdasarkan pada
tabel 1.2 bahwa orang probandus pertama dan kedua kadar yang baik. Hal ini
berdasarkan kadar yang baik untuk LDL yaitu kurang dari 100 mg/dL, untuk ukuran
normal antara 100 – 129 mg/dL, ukuran yang cukup antara 130 – 150 mg/dL, ukuran
yang tinggi antara 160 – 180 mg/dL dan ukuran yang paling tinggi mencapai angka
lebih dari 190 mg/dL. LDL berfungsi mengantarkan kolesterol ke berbagai organ dan jaringan tubuh.
Tetapi, bila kolesterol di dalam tubuh berada di atas level normal, maka
kelebihan kolesterol itu akan tetap berada di dalam darah. Kolesterol ini
kemudian teroksidasi dan tertimbun di dinding dalam pembuluh darah. Timbunan
yang dinamai plak ini berpotensi menyebabkan peradangan, pendarahan, dan
pengapuran di pembuluh darah. Plak juga akan mengisi ruang di dalam pembuluh
darah sehingga menghalangi aliran darah dan menyebabkan penyakit arteri koroner
(Ganong, 1994).
Kesimpulan
Kadar glukosa darah dapat diukur dengan Metode Tes Strip Gluco DR
adalah metode pemeriksaan kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk
screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Glukosa darah berfungsi untuk
metabolisme tubuh Selain karbohidrat, ada zat
lain yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu lemak. Sebagian besar
lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida. Lemak memiliki kadar
tersendiri yaitu pada trigliserida yaitu 0-200
mg/dL. Pada kolesterol memiliki kadar normal 140-200 mg/dL, HDL memiliki kadar
normal 40-50 mg/dL dan LDL memiliki kadar normal 100 – 129 mg/dL.
Daftar
Pustaka
Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14.
EGC. Jakarta
Guyton,
Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Efek Insulin Terhadap Metabolisme
Karbohidrat dan
Lemak. Dalam:
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
EGC. Jakarta
Murrey,
Robert K, at all. 2003. Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam : Biokimia
Harper edisi 25.
EGC. Jakarta
Poedjiadi,
Anna. 1994. Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Dasar – dasar Biokim. UI
Press.
Jakarta
Price,
Sylvia A, et all. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Dalam :
Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit
edisi 6. EGC. Jakarta
Pakasi,Ruland. 2006. Bagian Patologi Klinik Lemak Darah, FK-UNHAS. Makassar
Pakasi,Ruland. 2006. Bagian Patologi Klinik Lemak Darah, FK-UNHAS. Makassar
Syaifullah. 1996. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1. UI Press. Jakarta
Lampiran
1.
Tuliskan
faktor – faktor yang mempengaruhi kadar glukosa seseorang!
2.
Hormon
apa sajakah yang mempengaruhi kadar glukosa dan jelaskan keterkaitannya?
3.
Jelaskan
penyakit yang mungkin terjadi bila kadar kolesterol jahat di dalam tubuh tidak
sesuai dengan nilai normalnya!
4.
Jelaskan
usaha yang harus kita lakukan untuk menjaga kadar lemak dalam tubuh tetap
berada dalam batas normal!
Jawab
:
1.
Sering
mengonsumsi makanan yang mengandung gula, kurang berolahraga, stress, kurang
istirahat (tidur).
2. Insulin dan glukagon
Saat insulin dan glukagon berikatan dengan reseptor protein pada permukaan
sel target, mereka akan mengisiasi kerja di dalam sel. Insulin dan glukagon
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein diseluruh tubuh, akan
tetapi target utamanya adalah sel-sel hati, otot dan sel adiposa (lemak).
Insulin merupakan hormon unik sebab merupakan satu-satunya hormon yang efek
bersihnya adalah hipoglisemia yakni menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Glukagon umumnya memiliki efek yang berlawanan yakni
hiperglisemia. Insulin juga meningkatkan asupan asam amino dan sintesis
protein lebih lanjut oleh sel-sel hati. Insulin menstimulasi penggunaan glukosa
untuk menjadi glikogen (glikogenesis), sintesis lemak (lipogenesis), dan
sintesis protein (proteogenesis).
3. Jika kadar kolesterol jahat di dalam tubuh
berlebih. Hal ini akan berdampak pada dinding pembuluh darah akan ada
suatu endapan serta membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Jika
penyumbatan darah terjadi pada pembuluh darah jantung, maka hal ini akan
mengakibatkan serangan jantung. Jika penyumbatan terjadi pada pembluh darah
otak, maka hal ini akan mengakibatkan serangan stroke.
4. Sering mengonsumsi makanan yang baik dan cukup serat, melakukan aktivitas
fisik seperti berolahraga, hindari stress, dan istirahat yang cukup.
Ini sangat membantu sekali artikel nya, saya harap anda terus menulis artikel yang bagus seperti ini yang membahas bahaya gula berlebih. Selain itu saya juga mau
BalasHapuskasih tambahan sedikit, apabila didukung dengan gambar gambar maka akan lebih detail lagi pembahasan artikel ini.
terimakasih banyak atas masukannya ya...
BalasHapus