Laporan
Praktikum Fisiologi Tumbuhan
NUTRISI DAN HORMON TUMBUHAN
Muhammad Ali
Subhan, Ratna Lestyana Dewi
Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan
Teknologi
Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Juni
2016
Abstrak
Unsur
hara merupakan zat essensial bagi tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisiologis tanaman. Unsur hara terdiri atas unsur hara makro dan
unsur hara mikro. Auksin merupakan senyawa yang zat digunakan
sebagai perangsang dalam pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan dari kedua
praktikum ini adalah mengetahui efek kekurangan nutrisi tertentu pda tumbuhan yang
dijadikan sampel percobaan, serta mempelajari pengaruh auksin terhadap
pembentukan akar, dan mengamati pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas
lateral. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 12 Mei 2016 di PLT UIN Syarif
Hidayutullah Jakarta. Hasil yang diperoleh menunjukkan tanaman yang di tanam tanpa adanya unsur Ca, Mg dan K mengalami
kelayuan dan mati, sedangkan tanpa adanya unsur N, P, Fe dan mikronutrien menunjukkan
kelayuan dan daunnya berubah warna dari hijau menjadi kekuningan. Perlakuan kontrol rata-rata pertumbuhan akar pada tanaman 1 dan 2 tidak
berbeda jauh. Sementara pertumbuhan akar tanaman pada perlakuan Hoagland
encer yang ditambahkan dengan konsentrasi (ppm) IAA yang lebih rendah yaitu
0,5 ppm mengalami pertumbuhan lebih cepat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa gejala defisiensi unsur hara pada tanaman dapat mengakibatkan
tanaman mengalami pertumbuhan yang abnormal. Hormon auksin pada tanaman dapat
merangsang pemanjangan jaringan dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemberian konsentrasi auksin yang tinggi justru dapat
menghambat pertumbuhan akar tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi rendah IAA akan memacu pertumbuhan
sel akar, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi justru akan menghambat
pertumbuhan akar, tetapi jumlah akar yang tumbuh semakin banyak.
Kata kunci : Auksin,
Essensial, Mikronutrien
Pendahuluan
Tumbuhan di dalam kehidupannya memerlukan makanan
yang sering disebut dengan unsur hara. Unsur hara merupakan zat
essensial bagi tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisiologis tanaman. Unsur hara terdiri atas dua macam, yaitu unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Tumbuhan membutuhkan unsur makro dan mikro dalam jumlah tertentu yang
bervariasi tergantung jenis dan tingkat kebutuhan aktivitasnya
(Hanum, 2008).
Unsur hara makro adalah
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak yaitu >500 ppm. Unsur hara
makro terdiri dari Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S). Sedangkan, unsur hara mikro
adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit atau
< 100 ppm. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl) (Harjadi, 1997).
Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari
jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang
secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada
pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang atau
daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis pada berbagai organ tanaman
(Harjadi, 1997).
Nitrogen (N) merupakan
unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, sebab nitrogen penyusun dari semua
protein, asam nuklei serta protoplasma secara keseluruhan (Sarief, 1985).
Menurut Harjadi (1997) ketersediaan unsur N pada tanaman dapat membantu pembentukan
klorofil dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Nitrogen sangat diperlukan
dalam pembentukan bagian – bagian vegetative seperti daun, batang dan akar.
Apabila terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman.
Tanaman kekurangan unsur hara N dalam pertumbuhan tanaman akan kurus, tidak
segar (warna hijau muda) daun tua berubah kuning, buah tumbuhan kerdil dan
mempercepat waktu pemasakan buah walaupun belum waktunya (Irawan, 2001)
Fosfor (P) merupakan
ortho-fosfat yang memegang
peranan penting dalam kebanyakan reaksi enzim pada fosforilase. Fosfor
merupakan bagian dari inti sel (sangat penting dalam pembelahan sel) serta
perkembangan jaringan meristem. Fosfor dapat merangsang pertumbuhan perakaran
dan tanaman, mempercepat pembungaan, mempercepat pemasakan biji serta penyusun
lemak dan protein (Sarief, 1985).
Unsur hara (P) dapat mendukung
peristiwa pembelahan sel, pembelahan albumin, merangsang pertumbuhan akar halus
dan akar serabut serta merangsang peningkatan kualitas hasil tanaman dan
memperkuat batang tanaman agar tidak mudah roboh. Unsur fosfor diperlukan
tanaman kedelai dalam jumlah banyak, dan diserap oleh tanaman sepanjang masa pertumbuhannya
(Sarief, 1985).
Kalium adalah hara utama dari
ketiga unsur setelah N dan P. Kekurangan K menyebabkan sistem translokasi yang
lemah, memperlambat pembentukan pati, pembukaan stomata, perkembangan akar,
organisasi sel yang tidak baik dan hilangnya permeabilitas sel. Kelebihan unsur
hara K pada tanaman akan menyebabkan timbulnya bintik nekrotik kecil antara
urat daun dengan pucuk dan tepi daun yang terbakar pada daun-daun yang lebih
tua (Gardner, 1990).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor intern dan ekstern. Faktor dari dalam
(intern) yaitu faktor yang terdapat pada tanaman itu sendiri berupa hormon-hormon dan faktor dari
luar (ekstern) yaitu faktor lingkungan hidup tumbuhan tersebut. Faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu intensitas
cahaya, air, nutrisi, suhu atau kelembaban, dan oksigen. Sedangkan,
faktor intern meliputi zat dan hormon tumbuh yang berperan penting
dalam proses perrtumbuhan (Salisbury, 2002).
Hormon adalah suatu
senyawa yang dihasilkan oleh salah satu bagian tubuh dan kemudian diangkut ke
bagian tubuh yang lain, dimana hormon tersebut akan memicu respon-respon di dalam sel dan
jaringan sasaran. Hormon, berpengaruh dalam proses pembelahan sel dan
pemanjangan sel untuk proses pertumbuhan (Yandaru, 2001).
Auksin merupakan senyawa yang zat digunakan
sebagai perangsang dalam pertumbuhan dan perkembangan akar dimana zat ini
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pemanjangan akar dan
ini semua dapat dilakukan dengan beberapa cara dan metode yang dapat dilakukan
(Grander, 1990). Auksin adalah asam indol asetat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu
group dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat (C12H10O2) dan
asam 2,4 diklorofenoksi asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat mudah untuk
mengetahui apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin
adalah kemampuan untuk mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini
berhubungan dengan adanya suatau group atau di dalam molekul auksin tersebut (Campbell, 2002).
Mekanisme
kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman khususnya
akar yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang
ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding
sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh
koleoptil ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu
pertumbuhan ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral (Campbell, 2002).
Adapun tujuan dari kedua praktikum ini adalah
mengetahui efek kekurangan nutrisi tertentu pda tumbuhan yang dijadikan sampel
percobaan. Kemudian mempelajari pengaruh auksin terhadap pembentukan akar, dan
mengamati pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Metodologi
Praktikum ini dilaksanakan pada 12 Mei 2016 di laboratorium Fisiologi,
Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a.
Nutrisi Tanaman
Alat yang
digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman adalah botol Fido, alumunium
foil, secukupnya, beaker glass, gelas ukur, dan gabus tutup botol untuk
menyangga tanaman. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan makronutrien,
yang terdiri dari: KNO3, MgSO4, 7H2O, KH2PO4,
NaNO3, MgCl2, NaH2PO4, CaCl2,
dan KCl, masing-masing 1 molar. Larutan mikronutrien: H3BO3
2,86 gr, MnCl2, 4H2O 1,81 gr, ZnCl2, CuCl2,
2H2O 0,05 gr dan NaMoO4, 2H2O 0,025 gr
ditambahkan aquades sehingga volume menjadi 1000 ml. Larutan FeEDTA, dibuat
dengan cara dilarutkan 5,57 gr FeSO4, 7H2O dalam 20 ml
aquades, dan dilarutkan 7,45 gr Na2EDTAdalam 200 ml aquades, kedua
larutan tersebut dicampurkan dan dipanaskan, kemudian didinginkan, lalu
ditambahkan aquades hingga mencapai volume 1000 ml.
Hal yang pertama dilakukan adalah disiapkan
media yang diperlukan untuk percobaan sesuai dengan tabel 7.1, kemudian
disiapkan tanaman secukupnya untuk percobaan tersebut. Wadah diisi
percobaan/botol fido dengan larutan media sebanyak 150 ml, beri tanda tinggi
larutan dalam wadah dan tipe perlakuan yang dicobakan (misal –N, berarti medium
tanpa unsur N). Dimasukkan tanaman percobaan dalam wadah dengan tutup gabus
sebagai penyangganya. Bungkus wadah percobaan tersebut dengan alumunium foil
sehingga akar terlindungi dari cahaya. pH awal larutan dihitung. Percobaan
tersebut disimpan dalam rumah kaca dan diperiksa tinggi larutan setiap hari. Susutnya
tinggi larutan harus segera ditambah dengan aquades sampai tinggi batas volume
mula-mula. Larutannya diganti seminggu sekali dengan larutan baru. Dicatat
perubahan dan gejala pada tanaman akibat kekurangan unsur dari mediumnya.
Dilakukan pengamatan sampai 7 minggu, lalu dicatat semua tanda-tandanya, diukur
tinggi setiap tanaman, dihitung berat keringnya dan berat basahnya, dihitung
pula pH akhir, dihitung rata-rata semua indikator terukur dan ditampilkan dalam
bentuk grafik.
b.
Hormon Tumbuhan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum hormon tumbuhan
adalah timbangan analitik, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, botol
selai, petridish, kaca objek, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang
digunakan adala kecambah kacang hijau umur 7 hari, aquades, kapas, larutan
Hoagland, IAA, kertas karbon, alumunium foil, pasta lanolin, dan pasta IAA 400
ppm.
Praktikum hormon tumbuh terdapat 2 macam
percobaan, yaitu percobaan 1. Pengaruh Auksin terhadap Pembentukan Akar dan
percobaan 2. Dominansi Apikal. Percobaan 1. Pengaruh Auksin terhadap
Pembentukan Akar, disiapkan 4 botol selai yang berisi masing-masing 200 ml
akuades, 200 ml larutan Hoagland encer, 200 ml larutan Hoagland encer + 0,1 ppm
IAA, dan 200 ml larutan Hoagland encer + 1,0 ppm IAA. Mulut botol ditutup
dengan kertas alumunium yang berisi lubang sebagai tempat tegaknya kecambah,
dibungkus bagian luar botol dengan kertas karbon. Potong hipokotil kecambah 5
cm dari posisi kotiledon semula dan segera tegakkan 3 kecambah pada tiap botol
dibantu sedikit kapas dan di sekitar lubang untuk mencegah gesekan kertas alumunium
foil pada batang kecambah. Daun tanaman harus muncul di atas botol. Ditempatkan
semua botol di ruang praktikum. Sekitar 5-7 hari kemudian, diamatilah jumlah
akar yang lebih dari 1 mm, jumlah primordial akar (panjang<1 mm) dan
diukurlah panjang rata-rata akar yang terbentuk itu pada masing-masing botol.
Percobaan 2. Dominansi apikal, disediakan 6
kecambah kacang hijau berumur 5 hari dalam pot. Perkecambahan dilakukan diruang
gelap pada temperatur 25oC. Dua kecambah dipotong pucuknya tepat di
bawah pasangan daun pertama dengan pisau silet dan ujung sisa batangnya diberi pasta lanolin. Dua
kecambah lainnya dipotong dan ujung sisa batangnya diberipasta IAA. Sisa
kecambah dibiarkan sebagai kontrol. Setiap kecambah diberi label sesuai dengan
perlakuan yang diberikan, pot disimpan di ruang gelap. Setelah 7 hari pasta
lanolin dan pasta IAA dibersihkan dan diganti dengan yang baru. Setelah 14 hari
dilakukan pengamatan panjang tunas lateral (jika ada), diameter ujung batang
yang diberi pasta dan dibandingkan dengan garis tengah tumbuhan kontrol, dan
diamati dibawah mikroskop penampang melintang batang kontrol dan ujung batang
yang mendapat perlakuan.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pada hasil pengamatan maka
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.1 Uji Nutrisi pada Tanaman
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
-Ca
|
Tanaman layu dan mati
|
-Mg
|
||
-K
|
||
-Lengkap
|
||
2
|
-N
|
Tanaman layu dan daun berubah menjadi warna kuning
|
-P
|
||
-Fe
|
||
-Mikro
|
Berdasarkan pada hasil pengamatan telah dilakukan
percobaan yang diperoleh pada tabel 1.1 yaitu mengenai uji nutrisi pada tanaman
yang bertujuan untuk mengetahui efek kekurangan nutrisi tertentu pada tumbuhan
yang dijadikan sampel percobaan. Adapun tanaman yang digunakan yaitu kacang
hijau. Berdasarkan hasil pengamatan seperti pada
tabel diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang di tanam namun
tidak terdapat unsur Ca, Mg dan K akan mengalami
kelayuan dan ada beberapa yang mati. Sementara pada tanaman
yang di tanam tanpa adanya unsur N, P, Fe dan mikronutrien menunjukkan kelayuan
dan daunnya yang berubah
warna dari hijau menjadi kekuningan. Tanaman yang di tanam dengan media yang
diberi nutrien lengkap juga mengalami kelayuan dan kematian (Hanum,
2008).
Berdasarkan literatur, pada dasarnya
gejala kekurangan unsur hara tergantung pada 2 hal utama, yakni fungsi dari
unsur hara tersebut dan kemudahan unsur hara tersebut untuk
ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda. Kemudahan suatu unsur hara untuk
ditranslokasikan tergantung pada solubilitas (kelarutan) dari bentuk kimia dari
unsur tersebut di dalam jaringan tanaman dan kemudahannya untuk dapat masuk ke
dalam pembuluh floem (Hanum, 2008).
Berdasarkan pada literatur, seharusnya dari setiap
tanaman yang telah diberi masing – masing perlakuan menunjukkan
hasil yang berbeda sesuai dengan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat
kekurangan makro dan mikronutrien. Namun,
pada pengamatan kali ini menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa pada kondisi nutrien yang diberikan lengkap,
pertumbuhan yang dihasilkan akan seimbang dan lebih cepat untuk tumbuh
dibandingkan dengan tumbuhan yang kekurangan nutrisi (Hanum,
2008). Kesalahan tersebut dikarenakan kesalahan yang
dilakukan pada saat percobaan, yaitu
seperti tidak memeriksa jumlah larutan baku setiap harinya dan tempat
meletakkan tanaman tidak mendapatkan pencahayaan yang baik sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh teori.
Tabel 1.2 Pengaruh
Auksin terhadap Pembentukan Akar
Kelompok
|
Tanaman
|
Parameter
|
Perlakuan
|
|||
Aquades
|
Hoagland Encer + 1.0
ppm IAA
|
Hoagland Encer + 0.1
ppm IAA
|
Hoagland Encer
|
|||
5
|
1
|
Jumlah Akar
|
3
|
4
|
9
|
2
|
Panjang Akar
|
1 cm
|
0.7 cm
|
1.3 cm
|
0.9 cm
|
||
Kondisi Fisik
|
Segar
|
Layu & berjamur
|
Layu & berjamur
|
Layu
|
||
2
|
Jumlah Akar
|
-
|
-
|
-
|
3
|
|
Panjang Akar
|
-
|
-
|
-
|
0.5 cm
|
||
Kondisi Fisik
|
Mati
|
Layu & berjamur
|
Layu & berjamur
|
Layu
|
||
6
|
1
|
Jumlah Akar
|
1
|
5
|
8
|
3
|
Panjang Akar
|
1 cm
|
0.8 cm
|
1.4 cm
|
0.1 cm
|
||
Kondisi Fisik
|
Segar
|
Layu & berjamur
|
Layu & berjamur
|
Layu
|
||
2
|
Jumlah Akar
|
1
|
-
|
-
|
4
|
|
Panjang Akar
|
0.9 cm
|
-
|
-
|
0.5 cm
|
||
Kondisi Fisik
|
Layu
|
Layu & berjamur
|
Layu & berjamur
|
Layu
|
Berdasarkan pada tabel 1.2 mengenai pengaruh auksin
terhadap pembentukan akar ini bertujuan untuk mengamati pengaruh auksin
terhadap pembentukan akar dan pertumbuhan tunas lateral. Berdasarkan
pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa
dilakukan pengamatan terhadap pemanjangan akar yang diberikan perlakuan auksin
dengan konsentrasi yang berbeda
sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditentukan. Auksin
adalah salah satu dari zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berperan dalam proses
perkembangan tumbuhan, seperti untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman, gunanya untuk menstimulir pembentukan akar-akar adventif pada stek (Campbell, 2002). Selain itu, digunakan pula
untuk
merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk
mencegah terjadinya gugur buah. Peran auksin bagi
tanaman yaitu auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi
tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, pertumbuhan batang (Yuli, 2013).
Konsentrasi auksin yang tinggi mampu merangsang pertumbuhan batang, tetapi dapat menghambat pertumbuhan akar pokok. Berdasarkan pada tabel 1.2 menunjukkan hasil pada perlakuan kontrol rata-rata pertumbuhan
akar pada tanaman 1 dan tanaman 2 tidak berbeda jauh. Sementara pertumbuhan
akar tanaman 1 pada perlakuan Hoagland encer + 0.1 ppm IAA terlihat lebih cepat jika dibandingkan dengan tanaman 1
dengan perlakuan Hoagland encer + 1 ppm IAA. Jika dilihat berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa
pada konsentrasi 0,1 ppm jauh lebih optimal jika dibandingkan dengan
konsentrasi 1 ppm. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi
rendah IAA akan memacu pertumbuhan sel akar, tetapi dalam konsentrasi yang
tinggi justru akan menghambat pertumbuhan akar, tetapi jumlah akar yang tumbuh
semakin banyak (Yuli, 2013). Kemudian, pertumbuhan akar pada tanaman 1 dan 2 dengan perlakuan Hoagland
encer saja mengalami pertumbuhan yang lambat. Namun, apabila dilihat secara menyeuruh tanaman memiliki kondisi fisik yang layu dan terdapat jamur pada beberapa tanaman.
Berdasarkan literatur, aliran
auksin yang basipetal (dari tunas apikal tempat ia disintesis ke arah pangkal
batang) berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat
pertumbuhan tunas lateral. Auksin mampu menginisiasi pemanjangan sel dengan cara
mempengaruhi pengendoran atau pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran
plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma (Harjadi, 1997).
Berdasarkan
hasil studi tentang pengaruh auksin (IAA) terhadap perkembangan sel menunjukkan
bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel
terhadap air, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan
pengembangan dinding sel.
Kesimpulan
Tanaman mampu menyerap unsur hara dalam jumlah yang berbeda – beda.
Tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk ion, baik yang bersifat positif maupun
negatif.Unsur
hara makro terdiri dari 9 macam unsur seperti C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S.
Unsur hara mikro terdiri dari 7 macam unsur seperti Fe, Cu, Mn, Mo, B, Zn, dan
Cl. Gejala defisiensi unsur hara pada
tanaman dapat mengakibatkan tanaman mengalami pertumbuhan yang abnormal, begitu
juga apabila tanaman mengalami kelebihan unsur hara. Hormon auksin pada tanaman
dapat merangsang pemanjangan jaringan dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
yaitu salah satunya pertumbuhan akar. Pemberian konsentrasi auksin yang tinggi
justru dapat menghambat pertumbuhan akar tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi rendah IAA akan memacu
pertumbuhan sel akar, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi justru akan
menghambat pertumbuhan akar, tetapi jumlah akar yang tumbuh semakin banyak
(Gardner, 1990).
Daftar Pustaka
Campbell,Neil A., Jane B. Raece and Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 Edisi
Ke Delapan. Erlangga: Jakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., dan Mitchell,
R. L. 1990. Fisiologi Tanaman Budidaya (Penerjemah: Herawati Susilo). UI
Press. Jakarta.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. DPSMK: Depdiknas.
Harjadi, W,
1997. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.Gramedia: Jakarta
Mulyaningsih, 2010. Analisis Unsur Toksik
Dan Makro-Mikro Nutrien Dalam Bahan Makanan Dengan Metode Analisis Aktivasi
Neutron. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir Batanvol. 13 No. 1. ISSN
1410-6957.
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 2002. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Penerbit ITB: Bandung.
Sarief, 1985. Ilmu Tanah
Pertanian. Pustaka Buana: Bandung.
Yuli Afrida
Yanti, Indrawati,
Refilda, 2013. Penentuan
Kandungan Unsur Hara Mikro (Zn, Cu, Dan Pb)
Didalam Kompos Yang Dibuat Dari Sampah Tanaman Pekarangan Dan Aplikasinya Pada Tanaman Tomat
(Solanum Lycopersicum Mill). Jurnal Kimia
Unand. Laboratorium Kimia Lingkungan, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas
Andalas. ISSN No.
2303-3401. Volume 2 Nomor 1.
Lampiran
Pertanyaan
1)
Apakah
perbedaan pupuk cair dengan pupuk kompos?
2)
Apakah
perbedaan air keran dengan aquadest?
3)
Faktor apa saja
yang mempengaruhi auksin?
4)
Sebutkan hormon-hormon
pertumbuhan pada tanaman?
5)
Jelaskan kerja
dari auksin yang mampu mempengaruhi perubahan fisiologis di dalam sel!
6)
Sebutkan
pengaruh auksin pada pertumbuhan tumbuhan?
7)
Bagaimana
mengatasi dominansi tunas apikal yang diterapkan dalam bisnis tanaman hortikultura?
Jawab:
1) Pupuk cair dapat berupa pupuk kandang cair, biogas, pupuk
cair dari lombah organik atau pupuk cair dari limbah manusia. Pupuk kandang
cair dapat dibuat dengan mencampurkan kotoran hewan dengan air lalu diaduk. Sedangkan
pupuk organik padat dapat berasal dari kotoran ternak, tanaman,
maupun campuran sisa makanan dan urine hewan ternak. Pupuk organik padat dapat
berupa pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk hijau. Pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan.
2)
Aquades adalah air hasil destilasi /
penyulingan sama dengan air murni atau H2O, kerena H2O
hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral adalah pelarut
yang universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau melarutkan
berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Dalam
siklusnya di dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral
anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O)
karena mengandung banyak mineral.
3)
Cahaya, Kadar
auksin, dan Gaya berat
4)
Hormon Auksin, Giberelin, Sitokinin, Gas Etilen, Kalin, Asam Absisat
(ABA), dan Asam Traumalin
5)
Cara kerja
hormon auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding
sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa
ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis.
6)
Auksin
berfungsi merangsang pertumbuhan sel ujung batang, pertumbuhan akar lateral dan
akar serabut, dan merangsang pembentukan bunga dan buah. Selain itu, auksin
berfungsi mempercepat aktivitas pembelahan sel titik tumbuh dan menyebabkan
diferensiasi sel menjadi xilem.
7) Pengaruh pemangkasan pucuk adalah pertumbuhan tunas lateral/
pertumbuhan tanaman ke samping. Dilakukan pada tanaman hortikultura dengan
tujuan agar tanaman tumbuh ke samping atau menyemak sehingga memudahkan dalam
pemanenan, pemeliharaan dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar