Laporan Praktikum Fisiologi
Tumbuhan
KERJA ENZIM
Muhammad Ali Subhan dan Ratna
Lestyana Dewi
Program Studi
Biologi
Fakultas Sains
dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Juni 2016
Abstrak
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan
dalam aktivitas biologis. Adapun enzim yang
terdapat pada tumbuhan yaitu enzim amilase dan enzim proteinase yang terdiri
dari enzim papain dan enzim bromelin. Tujuan dari praktikum ini adalah
mengamati terbentuknya enzim amilase, kemampuan mencerna amilum pada biji yang
germinas, mengamati cara kerja enzim papain dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Juni 2016. Praktikum dilaksankan di Pusat
Laboratorium Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada
produksi enzim amilase mampu diserap dengan baik, dan suhu yang lebih tinggi
mengalami proses penguraian amilum lebih cepat, pada uji enzim proteinase
diperoleh hasil susu yang mengendap pada perlakuan tidak dipanaskan dan
kerusakan pada putih telur yang diberikan enzim bromelin yang tidak dipanaskan.
Kesimpulan yang didapat yaitu Enzim amilase merupakan salah satu enzim yang
terdapat pada tumbuhan yang terbentuk dari proses penguraian amilum pada biji
kacang hijau dan biji jagung yang sedang germinasi. Selain itu, terdapat pula
enzim proteinase yang terdiri dari enzim papain yang memiliki cara kerja menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein,
sehingga protein terurai polipeptida dan dipeptida. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim yaitu suhu, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi
enzim, aktivator dan inhibitor.
Keywords:
Bromelin,
Enzim, Papain
PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan dalam
aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan
sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur
reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil
reaksinya (Guritno, 1995).
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam
metabolisme makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut
bereaksi. Oleh sebab itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim
yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak
tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik)
(Guritno, 1995).
Enzim atau biokatalisator merupakan katalisator organik yang
dihasilkan oleh sel. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang bekerja dengan
cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat
melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih
rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan
energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Sebagian besar enzim
bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada
satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur
kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya
dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa (Dartius, 1991).
Enzim memiliki beberapa sifat yaitu merupakan biokatalisator yang
mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi, thermolabil (mudah rusak jika
dipanaskan pada suhu 60oC, merupakan senyawa protein sehingga sifat protein
masih melekat pada enzim, dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai
biokatalisator, reaksinya menjadi sangat cepat dan berulang, bekerja di dalam
sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim), umumnya bekerja mengkatalis reaksi
satu arah meskipun ada yang mengkatalis dua arah. Selain itu, enzim bekerja
secara spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan permukaan substrat
tertentu. Umumnya enzim tidak bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan
yang disebut kofaktor (Dartius, 1991).
Enzim pada sel-sel tumbuhan memiliki enzim sebagai salah satu
komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang
terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan
reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti
hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam golongan desmolase,
yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N pada substrat yang
diikatnya (Wikipedia, 2010). Cara kerja enzim dapat dijelaskan dalam dua teori,
yaitu: Teori kunci gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat
memiliki bentuk geometri dan komplemen yang sama persis sehingga bisa saling
melekat) dan teori ketepatan induksi (enzim tidak merupakan struktur yang
spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya
menyerupai substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif
enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat). Namun dalam implementasinya,
teori pertama yang dianggap paling sesuai dalam menjelaskan cara kerja enzim
(Dartius, 1991).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu suhu, pH,
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, aktivator dan inhibitor. Enzim akan kehilangan
aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat, pelarut organic atau apa saja
yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja
pada substrat tertentu (Heddy, 1990). Fungsi penting dan dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi
kimia secara kolektif membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang
sangat kecil dari suatu molekul besar protein enzim sangat berperan untuk
katalis reaksi (Lakitan, 2007).
Tujuan dari praktikum ini adalah mengamati terbentuknya
enzim amilase dan kemampuan mencerna amilum pada biji yang germinasi. Mengamati
cara kerja enzim papain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Juni 2016. Praktikum
dilaksankan di Pusat Laboratorium Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini antara lain cawan petri, silet, Beaker
glass, klem, pipet tetes, hotplate, blender listrik, centrifuge, tabung reaksi dan test
plate. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah biji jagung (Zea mays) yang telah dibasahi selama 48
jam, agar pati dalam cawan petri, larutan IKI (iodine-potassium-iodine) sebagai
indicator amilum,enzim papain, susu murni, air, kecambah biji kacang hijau,
akuades, nenas segar yang masak, telur ayam yang direbus, toluol atau formalin.
Cara Kerja
Percobaan 1.a.
Produksi Enzim Amilase
Dipotong
memanjang biji jagung yang sedang germinasi dan letakkan pada agar pati dengan
permukaan potongan bertemu dengan permukaan agar. Setelah diinkubasi selama 2
hari buang potongan biji dari agar dan ditungankan larutan IKI ke atas
permukaan agar dan dibiarkan selama 1-2 menit. Diamati perubahan warna yang
terjadi pada bagian bekas dudukan potongan biji jagung dan dibandingkan
warnanya dengan yang bukan bekas dudukan potongan biji jagung.
Percobaan 1.b. Kerja
Enzim Amilase
Dikecambahkan
20 gram biji kacang hijau hingga akar kecambah mencapai 0,5 cm. Ditambahkan air
sebanyak 3x berat kecambah dan dihancurkan dengan blender listrik. Diamkan
selama 2 jam dan centrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 500x. Supernatan merupakan stok enzim amylase. Disiapkan
larutan pati 1% dan larutan IKI.
Dimasukkan
5 ml ekstrak amylase ke dalam 2 tabung reaksi dan didihkan salah satu
tabungnya. Dari waktu ke waktu mulai dari t=0 dilakukan uji pati dengan
menggunakan reagen IKI (gunakan test plate). Dibandingkan dengan kecepatan
reaksi hilangnya pati pada kedua tabung.
Percobaan 2.a. Kerja
Enzim Papain
Pertama-tama digores papaya muda
yang masih menggantung di pohon dan getah yang didapat ditampung dalam wadah.
Getah ini merupakan sumber enzim papain. Siapkan 3 tabung reaksi, isi ketiga
tabung dengan susu sebanyak 5 ml. tambahkan enzim papain beberapa tetes dan
amati perubahan. Ditambahkan alcohol 95% beberapa tetes kemudian dikocok dan
amati apa yang terjadi.
Kemudian disiapkan penangas air
dengan suhu 100oC, disiapkan 3 tabung reaksi masing-masing 5 ml.
Kemudian masukkan kedalam beaker glass berisi air mendidih dan amati perubahan.
Percobaan 2.b. Kerja
Enzim Bromelin
Siapkan jus nenas 10 ml dan masukkan
kedalam 2 tabung reaksi, stu tabung didihkan terlebih dahulu. Masukkan potongan
kecil putih telur masak pada setiap tabung dan ditambahkan 1-2 formalin pada
setiap tabung dn kocok perlahan. Amati potongan putih telur setelah 2 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada
percobaan yang telah dilakukan
maka diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Hasil Uji Produksi Enzim Amilase
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Bagian
Agar Bekas Dudukan Jagung
|
Bagian
Agar Bukan Bekas Dudukan Jagung
|
||
1
|
Potongan
biji jagung + biji kacang hijau
|
++
|
+
|
2
|
Potongan
biji jagung + biji kacang hijau
|
++
|
+
|
3
|
Potongan
biji jagung + biji kacang hijau
|
++
|
+
|
Ket :
+ : Warna lebih gelap
++ : Warna lebih cerah
Pertumbuhan
tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses perkecambahan
mengalami pertumbuhannya memerlukan energi, dan energi tersebut
berasal dari proses perombakan bahan-bahan organik salah satunya
yaitu enzim. Berdasarkan pada hasil percobaan yang pertama yaitu uji produksi
enzim amilase ini bertujuan untuk mengamati terbentuknya enzim amilase dan
kemampuan mencerna amilum pada biji yang sedang germinasi dengan menggunakan
biji jagung dan kacang hijau. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada tabel
1.1 menunjukkan bahwa pada saat setelah diinkubasi pada bagian agar bekas
dudukan biji jagung dan biji kacang hijau secara keseluruhan memiliki warna
yang lebih cerah jika dibandingkan dengan bagian agar yang bukan merupakan
bekas dudukan potongan biji jagung dan biji kacang hijau. Warna yang lebih
cerah tersebut disebabkan karena produksi dari enzim amilase bekerja secara
baik yang menyebabkan larutan IKI (Iodium-Potassium-Iodine) yang merupakan
indikator amilum dapat terserap secara baik (Heddy, 1990).
Berdasarkan pada literatur, dalam proses penguraian amilum, enzim
alfa dan beta amilase merupakan enzim yang utama dan banyak ditemukan di dalam
tubuh tumbuhan serta berperan dalam proses mobilisasi karbohidrat.
Enzim amilase merupakan enzim hidrolisis yang mengkatalis proses
penambahan air terhadap ikatan air terhadap ikatan alfa
1,7 glikosida. Secara umum penguraian amilum menjadi glukosa dapat
digambarkan sebagai berikut: Amilum Maltosa Glukosa
Enzim
beta amilase menyebabkan terurainya amilosa menjadi maltosa. Adapun proses
penguraiannya adalah dimulai dari ujung non reduksi pada molekul amilosa dan
setiap penguraian akan dihasilkan 1 molekul maltosa sampai seluruh molekul
amilosa habis terurai. Jika jumlah molekul glukosa yang menyusun amilosa genap
jumlahnya, maka akan diperoleh hasil penguraian amilosa seluruhnya yang berupa
maltosa.Tetapi jika glukosa yang menyusun maltosa ganjil, akan
diperoleh hasil berupa campuran antara maltosa dan 1 molekul maltotriosa. Hasil
paling sederhana dari pengurain amilum oleh enzim amilase adalah
gula yang terdiri dari dua molekul glukosa, yaitu maltosa. Maltosa
adalah bentuk gula yang tidak mudah digunakan oleh tumbuhan. Oleh sebab itu,
maltosa harus dipecah lagi menjadi gula yang mudah dipakai oleh tumbuhanuntuk
menghasilkan energi, yaitu glukosa. Untuk mengubah maltosa menjadiglukosa
diperlukan enzim maltase (Suhartinah, 2013).
Berdasarkan pada
literatur, produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon.
Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung jagung,
jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagai substrat,
maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan produksi
enzim. Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai suplemen antara lain: pati,
sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa, fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen
sebagai suplemen antara lain: pepton, tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir,
amonium sulfat, tepung kedelai, urea dan natrium nitrat (Dwidjoseputro, 1983).
Tabel 1.2 Hasil Uji Kerja Enzim Amilase
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Dipanaskan
(waktu)
|
Tidak Dipanaskan
(waktu)
|
||
1
|
5 ml ekstrak amilase + 5 ml larutan pati
|
11 menit
|
>12 menit
|
2
|
5 ml ekstrak amilase + 5 ml larutan pati
|
11 menit
|
>12 menit
|
3
|
5 ml ekstrak amilase + 5 ml larutan pati
|
11 menit
|
11 menit 23 detik
|
Berdasarkan pada percobaan yang kedua
yaitu percobaan mengenai kerja enzim amilase ini bertujuan untuk melihat
pengaruh enzim amilase terhadap larutan pati. Berdasarkan pada percobaan ini digunakan
ekstrak amilase pada kacang hijau yang sudah disentrifugasi dan diambil bagian
supernatannya yang merupakan stok enzim amilase. Larutan pati yang berperan
sebagi substrat yang akan direaksikan oleh enzim amilase berasal dari kacang
hijau. Saat reaksi yang terjadi, enzim amilase berperan aktif sebagai katalis yang
akan mempercepat laju reaksi penguraian larutan pati (amilum) menjadi amilosa dan
amilopektin. Adapun reagen IKI (Iodium- Potassium- Iodine) berperan sebagi
indikator warna untuk menandai aktivitas enzim amilase pada larutan pati
(Dartius, 1991).
Berdasarkan pada percobaan ini digunakan 2
buah tabung yang masing-masing diberikan perlakuan yang berbeda. Tabung I
dibiarkan dineri perlakuan dengan dipanaskan hingga mendidih sementara pada tabung
II tidak dipanaskan. Sehingga, dengan demikian dapat dilihat pengaruh suhu terhadap
kerja enzim amilase dalam memecah amilum. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh
pada tabel 1.2 secara keseluruhan terlihat bahwa pada perlakuan dengan tabung
yang dipanaskan, mengalami perubahan warna yang pada awal mulanya hitam pekat
menjadi coklat muda pada menit ke 11. Hal ini disebabkan karena enzim amilase
dapat bekerja dengan baik sehingga amilum yang terdapat dalam sari kacang hijau
dapat dipecah (Heddy, 1990).
Kemudian pada tabung II, tidak mengalami
perubahan warna sampai menit ke 12 maka dipastikan bahwa perubahan warna
tersebut terjadi >12 menit sampai menit terakhir. Hal ini disebabkan karena
pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung dengan lebih lambat, sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi berlangsung lebih cepat. Selain itu, karena enzim adalah suatu
itu protein, kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi.Namun, denaturasi ini dapat terjadi jika pemanasan
>50 0 C, dan pada saat percobaan ini proses pemanasannya hanya
dilakukan selama 5 menit dengan suhu <50 0 C. Jika terjadi proses
denaturasi, maka pada bagian efektif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan
kecepatan reaksi (Heddy, 1990).
Tabel 1.3 Hasil Uji Kerja Enzim Papain
No
|
Perlakuan
|
|
Susu tidak
dipanaskan + enzim papain
|
Susu dipanaskan
|
|
1
|
Terdapat endapan,
keruh
|
Warna lebih keruh,
dan mengental
|
2
|
Terdapat endapan,
keruh
|
Warna lebih keruh,
dan mengental
|
3
|
Terdapat endapan,
keruh
|
Warna lebih keruh,
dan mengental
|
Papain merupakan salah satu enzim proteolitik yang dihasilkan dari
isolasi penyadapan getah buah papaya. Enzim papain berasal dari buah papaya,
sedangkan kandungan tertinggi papain terdapat pada buah papaya muda. Dalam
getah papaya yang masih muda terdapat tiga jenis enzim, yaitu enzim papain,
kimopapain, dan lisozim. Enzim papain dan kimopapain ini mempunyai kemampuan
menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein, sehingga protein terurai polipeptida
dan dipeptida (Suhartinah, 2013).
Berdasarkan
pada percobaan yang selanjutnya yaitu mengenai uji dari kerja enzim papain ini
bertujuan untuk mengamati cara kerja enzim papain dan faktor – faktor
pengaruhnya. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada tabel dengan dua
perlakuan yang berbeda, pada perlakuan susu tidak dipanaskan dan diberikan
enzim papain terdapat endapan dan berwarna keruh. Sementara itu, pada susu yang
dipanaskan memiliki warna yang lebih keruh dan mengental. Hal ini disebabkan
karena dengan proses pemanasan, protein dapat mengalami denaturasi, artinya
strukturnya berubah dari bentuk ganda yang kuat menjadi kendur dan terbuka
sehingga memudahkan bagi enzim pencernaan untuk menghidrolisis dan
memecahkannya menjadi asam-asam amino. Denaturasi dapat merubah sifat protein
menjadi lebih sukar larut dan makin kental. Keadaan ini disebut koagulasi.
Koagulasi dapat ditimbulkan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan enzim (Suhartinah, 2013).
Papain
merupakan enzim yang mengkoagulasikan protein. Pemanasan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan struktur protein, pemecahan emulsi, penghancuran
vitamin serta pemecahan lemak dan minyak, di dalam getah pepaya terkandung
enzim-enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Kadar
papain dan kimopapain dalam buah pepaya muda berturut-turut 10 % dan 45 %.
Kedua enzim ini mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam melekul protein
sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan dipeptida. Kedua enzim ini
juga mempunyai daya tahan panas yang baik. Selain menguraikan protein, papain
mempunyai kemampuan untuk membentuk protein baru atau senyawa yang menyerupai
protein (Suhartinah, 2013).
Berdasarkan
pada literatur, perubahan kadar protein susu disebabkan karena perubahan
temperatur/pemanasan yang didahului oleh denaturasi, dimana pada suhu 65ºC
sebagian besar protein dalam globuler dan miofibril terkoagulasi sedangkan
diatas suhu tersebut maka akan terbentuk ikatan disulfida pada ikatan sulfat
dan bila suhu dinaikkan lagi maka gugus disulfida akan terlepas (Suhartinah,
2013).
Tabel 1.4 Hasil Uji Kerja
Enzim Bromelin
No
|
Perlakuan
|
Kondisi Putih Telur
|
||
Dipanaskan
|
Tidak Dipanaskan
|
Bromelin dipanaskan
|
Bromelin tidak dipanaskan
|
|
1
|
Warna menjadi lebih gelap, ada endapan
|
Perubahan warna tidak terlihat,
sedikit endapan
|
Rusak sedikit
|
Banyak bagian yang hancur
|
2
|
Warna menjadi lebih gelap, ada endapan
|
Perubahan warna tidak terlihat, tidak
ada endapan
|
Rusak sedikit
|
Banyak bagian yang hancur
|
3
|
Warna menjadi lebih gelap, ada endapan
|
Perubahan warna tidak terlihat, tidak
ada endapan
|
Rusak sedikit
|
Banyak bagian yang hancur
|
Berdasarkan pada tabel 1.4 mengenai percobaan selanjutnya yaitu mekanisme
kerja dari enzim bromelin. Enzim bromelin adalah enzim yang secara alami
terdapat pada buah, batang nanas, ataupun kulit nanas. Bromelin termasuk enzim
proteolitik yang membantu mencerna protein. Nanas mengandung proteolytic
enzyme bromelain yang berfungsi mencernakan makanan dan melarutkan
protein. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat
menghidrolisis protein, protease atau peptide) (Lakitan, 2007).
Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa pada
saat dilakukan pemanasan secara keseluruhan menghasilkan perubahan warna yang
menjadi lebih gelap dan terdapat endapan dengan kondisi putih telur yang rusak
sedikit. Hal ini disebabkan karena sifat dari enzim bromelin tersebut yang
menyebabkan sedikit kerusakan pada putih telur dikarenakan enzim protease mampu
menghidrolisis protein. Sementara itu, pada saat tidak dilakukan proses
pemanasan diperoleh perubahan warna yang tidak terlihat serta tidak terdapat
endapan. Hal ini disebabkan karena terjadinya proteolisis pada berbagai fraksi
protein putih telur oleh enzim. Proteolisis kolagen menjadi hidroksiprolin
mengakibatkan shear force kolagen berkurang sehingga kerusakan pada putih telur
meningkat. Proteolisis miofibril menghasilkan fragmen protein dengan rantai
peptida lebih pendek. Semakin banyak terjadi proteolisis pada miofibril, maka
semakin banyak protein terlarut. Terhidrolisisnya kolagen dan miofibril
menyebabkan hilangnya ikatan antarserat dan juga pemecahan serat menjadi
fragmen yang lebih pendek, menjadikan sifat serat otot lebih mudah terpisah
sehingga putih telur mengalami banyak bagian yang hancur (Guritno, 1995).
Berdasarkan pada tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa putih telur yang
diberi enzim bromelin dan tidak dipanaskan lebih bekerja optima. Hal ini
sebabkan karena enzim akan bekerja secara optimal tergantung dari konsentrasi
yang diberikan yaitu suhu. Lebih lanjut sebagian protein akan mengalami
denaturasi bila suhunya dinaikkan yang mengakibatkan konsentrasi efektif enzim
akan menurun dan daya kerja enzim akan menurun pula. Suhu optimum enzim
bromelin adalah 50 sampai 60oC, tetapi pada kisaran 30 sampai 60oC
enzim masih bisa bekerja dengan baik. Berdasarkan percobaan, terbukti bahwa
suhu berpengaruh terhadap optimalnya kerja enzim, dengan kata lain baik enzim
bromelin maupun enzim papain dapat beraksi optimal saat tidak dipanaskan
yaitu pada suhu yang normal (Lakitan, 2007).
KESIMPULAN
Enzim amilase
merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan yang terbentuk dari proses
penguraian amilum pada biji kacang hijau dan biji jagung yang sedang germinasi.
Selain itu, terdapat pula enzim proteinase yang terdiri dari enzim papain yang
memiliki cara kerja menguraikan ikatan-ikatan
dalam molekul protein, sehingga protein terurai polipeptida dan dipeptida. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu suhu, pH, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, aktivator dan inhibitor.
DAFTAR PUSTAKA
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.
Dwijoseputro,
D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Gramedia. Jakarta.
Guritno, B. et al. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tnaman. UGM Press. Yogyakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi
Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan. B. 2007. Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suhartinah
et al,. 2013. Pengaruh sistein terhadap aktivitas proteolitik papain kasar pada
kematian cacing Ascaridia galli In Vitro. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit
Bersumber Binatang Vol. 4, No. 4, Desember 2013
LAMPIRAN
Pertanyaan
1.
Apakah kegunaan pati (amilum) dicerna oleh enzim amilase,
bagi individu tumbuhan?
2.
Sebutkan enzim-enzim yang dapat diambil dari tumbuhan dan
sebutkan fungsinya!
Jawaban
1.
Sebagai sumber cadangan makanan
2.
Enzim papain dari getah pepaya yang dapat berfungsi
sebagai penyembuh luka, dan Enzim bromelin dalam buah nanas dapat berfungsi
sebagai obat gangguan pencernaan, dan sebagai anti inflamasi.
-
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar